
Harga Emas Terus Meroket, BI Ogah Ikutan Borong?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
29 April 2020 09:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global di pasar spot dibanderol US$ 1.722,19/troy ons atau turun 0,3%. Walau turun harga emas masih bertengger di rentang level tertingginya dalam 7 tahun.
Nah ternyata saat ini banyak bank sentral yang menambah porsi cadangan emasnya dalam komponen cadangan devisa.
Sebut saja AS, yang memiliki 76,98% emas dari total cadangan devisanya. Sedangkan Portugal juga porsi cadangan emasnya mencapai 74,81% dari total cadangan devisa.
Adapun Jerman juga memiliki 73,48% porsi cadangan devisa emasnya.
Ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengatakan saat ini porsi kepemilikan emas BI hanya sekitar US$ 3 miliar. "Ini hanya 2% dari cadangan devisa. Sangat kecil dibandingkan negara lain. Terutama negara maju seperti Eropa yang rata-rata kepemilikan emasnya lebih dari 60% dari cadangan devisa," papar Satria, Rabu (29/4/2020).
Satria menambahkan, di tengah meningkatnya quantitative easing yang diimplementasikan bank sentral di seluruh dunia maka prospek emas sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan peningkatan suplai uang biasanya berkorelasi dengan peningkatan harga emas.
"Penting bagi Bank Indonesia untuk mendiversifikasi portofolio investasinya, termasuk meningkatkan porsi emasnya, sebagai strategi meningkatkan ketahanan cadangan devisanya," papar Satria.
"Uang bisa dicetak; namun supply emas di global relatif terbatas. Di tengah semakin maraknya 'money debasement' dari aplikasi kebijakan moneter modern (MMT) yang dapat menurunkan nilai mata uang, outlook dari emas sangat menjanjikan untuk meningkatkan ketahanan cadangan devisa BI."
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ada azas-azas yang harus diikuti dalam mengelola cadangan devisa.
"Pertama likuiditas kita pastikan untuk impor dan pembiayaan utang, tentu juga masalah keamanan makanya kami tanam cadangan devisa di aset yang aman. Obligasi pemerintah, dan obligasi dengan rating tinggi dan rentabilitas tingkat keuntungannya," papar Perry.
"Jadi kami menanamkan cadangan devisa bukan untuk spekulatif. Memang benar kalau emas naik, tapi kita harus ukur karena bisa saja emas turun harganya," terang Perry.
(dru/dru) Next Article Geger Virus Corona, Investor Pindah ke Emas
Nah ternyata saat ini banyak bank sentral yang menambah porsi cadangan emasnya dalam komponen cadangan devisa.
Sebut saja AS, yang memiliki 76,98% emas dari total cadangan devisanya. Sedangkan Portugal juga porsi cadangan emasnya mencapai 74,81% dari total cadangan devisa.
Satria menambahkan, di tengah meningkatnya quantitative easing yang diimplementasikan bank sentral di seluruh dunia maka prospek emas sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan peningkatan suplai uang biasanya berkorelasi dengan peningkatan harga emas.
"Penting bagi Bank Indonesia untuk mendiversifikasi portofolio investasinya, termasuk meningkatkan porsi emasnya, sebagai strategi meningkatkan ketahanan cadangan devisanya," papar Satria.
"Uang bisa dicetak; namun supply emas di global relatif terbatas. Di tengah semakin maraknya 'money debasement' dari aplikasi kebijakan moneter modern (MMT) yang dapat menurunkan nilai mata uang, outlook dari emas sangat menjanjikan untuk meningkatkan ketahanan cadangan devisa BI."
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ada azas-azas yang harus diikuti dalam mengelola cadangan devisa.
"Pertama likuiditas kita pastikan untuk impor dan pembiayaan utang, tentu juga masalah keamanan makanya kami tanam cadangan devisa di aset yang aman. Obligasi pemerintah, dan obligasi dengan rating tinggi dan rentabilitas tingkat keuntungannya," papar Perry.
"Jadi kami menanamkan cadangan devisa bukan untuk spekulatif. Memang benar kalau emas naik, tapi kita harus ukur karena bisa saja emas turun harganya," terang Perry.
(dru/dru) Next Article Geger Virus Corona, Investor Pindah ke Emas
Most Popular