Harga Batu Bara Anjlok 6,66% Sepekan, Angka Mitos nih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 09:49
pertambangan batu bara
Ilustrasi Tambang Batu Bara (REUTERS/Valentyn Ogirenko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara jatuh pada pekan ini. Permintaan dunia yang terpuruk akibat pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) membuat harga komoditas ini bergerak ke selatan.

Sepanjang minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) turun 6,66%. Kalau tidak ada koma dan tidak ada persen, maka sudah pas penurunan harga melambangkan angka mitos favorit iblis.


Angka 666 kerap menjadi tema utama di film bertema kembalinya iblis ke dunia seperti franchise The Omen. Angka ini juga menjadi inspirasi lagu grup heavy metal Iron Maiden yang berjudul The Number of the Beast.

Kembali ke laptop, tahun ini bukan periode yang indah buat batu bara. Sejak awal tahun, harga di batu hitam melorot 23,89%.



Batu bara adalah salah satu sumber energi utama untuk pembangkit listrik. Data Asosiasi Batu Bara Dunia (WCA) menyebutkan, sekitar 38% pembangkit listrik di dunia menggunakan tenaga batu bara, tertinggi di antara sumber energi primer lainnya.

 




[Gambas:Video CNBC]



Pandemi virus corona membuat konsumsi listrik turun drastis. Maklum, penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat cepat sehingga membuat pemerintah di berbagai negara menerapkan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown).

Ketika masyarakat diimbau (atau bahkan diperintah) untuk #dirumahaja, aktivitas di perkantoran, pabrik, sekolah, restoran, pusat perbelanjaan, lokasi wisata, dan sebagainya menjadi jauh berkurang. Akibatnya, konsumsi listrik jadi sangat sedikit sehingga kebutuhan sumber energi pembangkit juga tidak perlu terlalu banyak.

Bank Dunia dalam proyeksi harga komoditas terbitan April 2020 memperkirakan rata-rata harga CPO sepanjang tahun ini adalah US$ 65/metrik ton. Turun 16,56% dibandingkan rata-rata 2019.



"Penurunan aktivitas industri membuat permintaan listrik industri dan komersial menurun. Namun permintaan rumah tangga lebih sedikit terdampak," sebut laporan Bank Dunia.

Bank Dunia


Ke depan, World Bank menilai harga batu bara masih rawan terkoreksi. Risiko utamanya adalah seberapa lama langkah pencegahan penyebaran virus berlangsung dan seberapa dalam resesi global yang bakal terjadi.

"Kekhawatiran terbesar kita semua adalah sepertinya kita sedang menuju ke resesi global. Ini adalah masalah besar. Resesi global akan cukup dalam dan berdampak besar terutama kepada negara-negara miskin," tegas David Malpass, Presiden Bank Dunia, kepada CNBC International, belum lama ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular