Harga Batu Bara Anjlok 6,66% Sepekan, Angka Mitos nih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 09:49
pertambangan batu bara
Ilustrasi Tambang Batu Bara (REUTERS/William Hong)
Pandemi virus corona membuat konsumsi listrik turun drastis. Maklum, penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat cepat sehingga membuat pemerintah di berbagai negara menerapkan pembatasan sosial (social distancing) dan karantina wilayah (lockdown).

Ketika masyarakat diimbau (atau bahkan diperintah) untuk #dirumahaja, aktivitas di perkantoran, pabrik, sekolah, restoran, pusat perbelanjaan, lokasi wisata, dan sebagainya menjadi jauh berkurang. Akibatnya, konsumsi listrik jadi sangat sedikit sehingga kebutuhan sumber energi pembangkit juga tidak perlu terlalu banyak.

Bank Dunia dalam proyeksi harga komoditas terbitan April 2020 memperkirakan rata-rata harga CPO sepanjang tahun ini adalah US$ 65/metrik ton. Turun 16,56% dibandingkan rata-rata 2019.



"Penurunan aktivitas industri membuat permintaan listrik industri dan komersial menurun. Namun permintaan rumah tangga lebih sedikit terdampak," sebut laporan Bank Dunia.

Bank Dunia


Ke depan, World Bank menilai harga batu bara masih rawan terkoreksi. Risiko utamanya adalah seberapa lama langkah pencegahan penyebaran virus berlangsung dan seberapa dalam resesi global yang bakal terjadi.

"Kekhawatiran terbesar kita semua adalah sepertinya kita sedang menuju ke resesi global. Ini adalah masalah besar. Resesi global akan cukup dalam dan berdampak besar terutama kepada negara-negara miskin," tegas David Malpass, Presiden Bank Dunia, kepada CNBC International, belum lama ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular