
Kabar dari S&P Gak Mempan, Obligasi RI Terus Diburu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Senin ini (20/4/2020) menguat didorong oleh arus modal asing (capital inflow) di tengah kebijakan yang digalakkan pemerintah dan otoritas moneter saat menghadapi pandemi Covid-19.
Kenaikan obligasi ditopang setelah Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa perbankan sudah diwajibkan untuk memegang SBN atau Surat Berharga Negara yang diterbitkan pemerintah melalui rasio Penyangga Likuiditas Makro (PLM).
Selain itu, Perry juga kembali menegaskan bahwa kurs rupiah masih terlalu murah (undervalued) dibandingkan fundamentalnya. Oleh karena itu, Perry yakin bahwa rupiah akan terus bergerak stabil cenderung menguat ke arah Rp 15.000/US$ pada akhir 2020.
Penguatan rupiah, lanjut Perry, akan didorong oleh arus modal asing (capital inflow) di pasar keuangan. Selama 14-16 April, BI mencatat arus modal asing adalah Rp 2,9 triliun. "Inflow ini sebagian besar ke SBN," katanya dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini, Jumat (17/4/2020).
Apresiasi dalam harga obligasi senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang, kendati bervariatif.
Data Refinitiv menunjukkan apresiasi harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0083 bertenor 20 tahun. Sementara seri FR0080 bertenor 15 justru mengalami pelemahan.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4,20 basis poin (bps) menjadi 7.927%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 17 Apr'20 (%) | Yield 20 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 20 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.425 | 7.39 | -3.50 | 7.0252 |
FR0082 | 10 tahun | 7.969 | 7.927 | -4.20 | 7.7243 |
FR0080 | 15 tahun | 8.169 | 8.185 | 1.60 | 7.9868 |
FR0083 | 20 tahun | 8.243 | 8.216 | -2.70 | 8.1010 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 1,39 poin (0,52%) menjadi 266,14 dari posisi kemarin 264,75.
Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada awal pekan ini (20/4/2020), Rupiah menguat 0,16% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 15.375/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Terbaik Ketujuh
Penguatan harga SUN senada dengan kenaikan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meskipun bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik ketujuh.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau bervariasi, yang kesemuanya mencatatkan kevariatifan tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Rusia, yang mengalami penurunan tingkat yield 23 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini di tengah sejumlah stimulus dari pemerintah dan bank sentral dunia dalam menjaga stabilitas ekonomi dari serangan pandemi virus corona.
Sebelumnya, prospek surat utang jangka panjang Indonesia diturunkan menjadi Negatif dari sebelumnya Stabil oleh lembaga rating internasional S&P, sementara untuk rating tetap di level BBB. Rating BBB tersebut sebelumnya sudah diperoleh Indonesia pada Jumat 31 Mei tahun lalu dari level sebelumnya BBB- dengan proyeksi Stabil.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 17 Apr'20 (%) | Yield 20 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.1 | 7.03 | -7.00 |
China (A+) | 2.552 | 2.579 | 2.70 |
Jerman (AAA) | -0.472 | -0.471 | 0.10 |
Prancis (AA) | 0.028 | 0.057 | 2.90 |
Inggris Raya (AA) | 0.295 | 0.316 | 2.10 |
India (BBB-) | 6.348 | 6.215 | -13.30 |
Jepang (A) | 0.017 | 0.017 | 0.00 |
Malaysia (A-) | 3.029 | 2.934 | -9.50 |
Filipina (BBB) | 3.987 | 3.801 | -18.60 |
Rusia (BBB) | 6.43 | 6.2 | -23.00 |
Singapura (AAA) | 1.046 | 1.035 | -1.10 |
Thailand (BBB+) | 1.41 | 1.3 | -11.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.637 | 0.632 | -0.50 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.41 | 10.28 | -13.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Asing Lepas SBN, Obligasi RI Tertekan Kian Dekati Angka 7,95%
