
Investor Ogah Lirik Aset Berisiko, Harga Obligasi RI Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Kamis ini (16/4/2020) menguat di tengah aksi jual di pasar saham atau mulai terjadinya sentimen risk aversion atau kecenderungan investor menghindari aset-aset berisiko akibat kekhawatiran resesi global sebagai dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).
Depresiasi yang terjadi di aset berisiko termasur pasar saham global memberi keuntungan tersendiri bagi obligasi, karena investor mencari instrumen yang minim risiko dan mencari aset berpendapatan tetap (fixed income).
Di sisi lain, penguatan obligasi juga terjadi setelah Bank Indonesia (BI) menetapkan sejumlah kebijakan lanjutan, termasuk meningkatkan instrumen kuantitatif atau quantitative easing (QE).
Apresiasi harga obligasi RI ini senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang.
Data Refinitiv menunjukkan, apresiasi harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR081 bertenor 5 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, FR0083 bertenor 20 tahun. Sementara seri FR0082 bertenor 10 justru mengalami pelemahan.
Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunanyield15,7 basis poin (bps) menjadi 7,429%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 16 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 15 Apr'20 (%) | Yield 16 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 16 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.586 | 7.429 | -15.70 | 7.4440 |
FR0082 | 10 tahun | 7.927 | 7.929 | 0.20 | 7.9982 |
FR0080 | 15 tahun | 8.24 | 8.202 | -3.80 | 8.1448 |
FR0083 | 20 tahun | 8.328 | 8.282 | -4.60 | 8.2077 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang melemah. Indeks tersebut turun 1,11 poin (0,42%) menjadi 263,84 dari posisi kemarin 264,95.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada Kamis ini (16/4/2020), Rupiah melemah 0,32% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 15.600/US$ di pasar spot.
Satu sentimen positif lain yang mengerek harga obligasi RI ialah respons pasar terhadap surat utang global RI. Sebelumnya, pemerintah menerbitkan tiga surat utang global senilai US$ 4,3 miliar atau setara Rp 68,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.000/US$) dengan tenor terpanjang 50 tahun.
"Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah RI. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond [obligasi mata uang asing] sejak pandemi Covid-19 terjadi," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/4/2020).
Sementara itu, data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu yang dikutip Kamis (16/4/2020), total transaksi penjualan surat utang dalam denominasi dolar AS tersebut mencapai US$ 4,3 miliar.
Transaksi terdiri dari US$ 1,65 miliar untuk tenor 10,5 tahun, US$ 1,65 miliar untuk tenor 30,5 tahun dan US$ 1 miliar untuk tenor 50 tahun.
Obligasi RI Terburuk Kedua
Penguatan harga SUN senada dengan kenaikan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terburuk kedua setelah India.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Brasil, yang mengalami penurunan tingkat yield 13 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini dan meninggalkan aset berisiko (risk aversion) di tengah risiko resesi akibat penyebaran wabah virus corona yang semakin meningkat.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 15 Apr'20 (%) | Yield 16 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.47 | 7.34 | -13.00 |
China (A+) | 2.551 | 2.537 | -1.40 |
Jerman (AAA) | -0.445 | -0.454 | -0.90 |
Prancis (AA) | 0.06 | 0.045 | -1.50 |
Inggris Raya (AA) | 0.31 | 0.308 | -0.20 |
India (BBB-) | 6.435 | 6.441 | 0.60 |
Jepang (A) | 0.022 | 0.007 | -1.50 |
Malaysia (A-) | 3.148 | 3.07 | -7.80 |
Filipina (BBB) | 4.243 | 4.209 | -3.40 |
Rusia (BBB) | 6.75 | 6.69 | -6.00 |
Singapura (AAA) | 1.069 | 1.018 | -5.10 |
Thailand (BBB+) | 1.42 | 1.38 | -4.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.677 | 0.633 | -4.40 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.615 | 10.575 | -4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Investor Bernafsu Incar Surat Utang Pemerintah, Sampai Kapan?