
Analisis Fundamental
Emiten Batu Bara Babak Belur di 2019, Adakah Harapan di 2020?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 April 2020 15:41

Tahun 2019 sudah berlalu, bahkan kini sudah menginjak awal kuartal kedua tahun 2020. Outlook sektor pertambangan batu bara belum juga menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pelemahan permintaan dan melunaknya harga masih akan dijumpai di tahun ini.
Penyebab suramnya sektor batu bara ini tak lain dan tak bukan adalah merebaknya wabah COVID-19. Virus yang diyakini berasal dari China kini telah menginfeksi lebih dari 932 ribu orang di dunia termasuk di Indonesia.
Namun kini pertambahan jumlah kasus yang signifikan tidak terjadi di China lagi. Episentrum sekarang bergeser ke Amerika Serikat, Italia dan Spanyol. Hampir semua negara di dunia sudah terjangkit wabah mengerikan ini.
Untuk menekan laju transmisi yang tidak terkontrol, berbagai negara di dunia sudah menerapkan kebijakan lockdown. Bahkan negara-negara dengan konsumen batu bara terbesar di dunia seperti India pun juga memilih jalan itu.
Lockdown bukan tanpa konsekuensi ekonomis. Ketika orang-orang dirumahkan, pabrik ditutup dan sektor manufaktur goyang maka yang terjadi adalah disrupsi rantai pasok global dan pelemahan permintaan.
Faktor inilah yang membuat prospek permintaan dan harga batu bara masih buram untuk tahun ini. Harga batu bara akan tertekan terutama untuk harga batu bara dengan kalori yang rendah mengingat India sebagai konsumen terbesar batu bara terbesar kedua setelah China menempuh lockdown untuk tiga pekan ke depan.
Lockdown di India membuat permintaan listrik industri negara tersebut turun. Padahal untuk mengoperasikan pembangkit listrik, India banyak mengimpor batu bara berkalori rendah dari Indonesia karena harganya murah. Kondisi ekonomi India yang sedang terpuruk pun semakin memberatkan harga batu bara.
(twg/tas)
Penyebab suramnya sektor batu bara ini tak lain dan tak bukan adalah merebaknya wabah COVID-19. Virus yang diyakini berasal dari China kini telah menginfeksi lebih dari 932 ribu orang di dunia termasuk di Indonesia.
Namun kini pertambahan jumlah kasus yang signifikan tidak terjadi di China lagi. Episentrum sekarang bergeser ke Amerika Serikat, Italia dan Spanyol. Hampir semua negara di dunia sudah terjangkit wabah mengerikan ini.
Untuk menekan laju transmisi yang tidak terkontrol, berbagai negara di dunia sudah menerapkan kebijakan lockdown. Bahkan negara-negara dengan konsumen batu bara terbesar di dunia seperti India pun juga memilih jalan itu.
Lockdown bukan tanpa konsekuensi ekonomis. Ketika orang-orang dirumahkan, pabrik ditutup dan sektor manufaktur goyang maka yang terjadi adalah disrupsi rantai pasok global dan pelemahan permintaan.
Faktor inilah yang membuat prospek permintaan dan harga batu bara masih buram untuk tahun ini. Harga batu bara akan tertekan terutama untuk harga batu bara dengan kalori yang rendah mengingat India sebagai konsumen terbesar batu bara terbesar kedua setelah China menempuh lockdown untuk tiga pekan ke depan.
Lockdown di India membuat permintaan listrik industri negara tersebut turun. Padahal untuk mengoperasikan pembangkit listrik, India banyak mengimpor batu bara berkalori rendah dari Indonesia karena harganya murah. Kondisi ekonomi India yang sedang terpuruk pun semakin memberatkan harga batu bara.
Next Page
Ada Kabar Positifnya Juga Kok
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular