Corona Mewabah di Eropa, Airbus Batal Bagi Dividen 2019

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 March 2020 17:06
Airbus juga menyatakan perseroan akan membatalkan pembayaran dividen.
Foto: REUTERS/Regis Duvignau

Jakarta, CNBC Indonesia - Sama seperti pabrikan pesawat asal AS, Boeing, kompetitornya dari Eropa yakni Airbus juga menyatakan perseroan akan membatalkan pembayaran dividen atas laba bersih 2019 kepada pemegang saham yang telah direncanakan sebelumnya dan tidak akan melaporkan proyeksi pendapatan tahun ini.

Hal itu dilakukan karena banyaknya tekanan yang didapat perusahaan dari merebaknya wabah virus corona (COVID-19) dalam beberapa bulan terakhir.

"Kami telah menarik pedoman 2020 kami karena volatilitas situasi," kata Kepala Eksekutif Airbus Guillaume Faury dalam sebuah pernyataan, mengutip AFP, Senin (23/3/2020).


Sebagai bagian dari langkah-langkah untuk meningkatkan likuiditas dan neraca grup dalam menanggapi pandemi COVID-19, Airbus akan menarik proposal dividen 2019 sebesar 1,80 euro per saham dengan nilai pembayaran dividen tunai keseluruhan sekitar 1,4 miliar euro atau US$ 1,5 miliar (setara Rp 22,5 triliun, asumsi kurs Rp 15.000/US$).

"Prioritas pertama kami adalah melindungi orang sambil mendukung upaya global untuk menghentikan penyebaran virus corona," kata Faury, dikutip Business Standard.

"Kami juga menjaga bisnis kami untuk melindungi masa depan Airbus dan memastikan kami dapat kembali ke operasi yang efisien begitu situasinya pulih." tambah Faury, yang juga mengatakan yakin bahwa Airbus dan sektor dirgantara secara luas akan mampu menghadapi periode kritis ini.

Untuk memastikan fleksibilitas keuangan Airbus, dewan direksi juga telah sepakat untuk mengamankan fasilitas kredit baru sebesar 15 miliar euro di samping fasilitas kredit bergulir (revolving credit facility) senilai 3 miliar euro yang ada saat ini.

Dengan keputusan ini, Airbus akan memiliki likuiditas signifikan yang tersedia untuk mengatasi persyaratan tunai tambahan terkait dengan wabah coronavirus.


Likuiditas yang tersedia sekarang berjumlah sekitar 30 miliar euro. Airbus mengatakan langkah-langkah itu dimaksudkan untuk mengamankan kelangsungan bisnis bahkan dalam krisis yang berkepanjangan.

Airbus dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pemegang saham tahunannya di Amsterdam pada 16 April.

Sebelumnya pada Minggu, perusahaan mengumumkan rencana untuk melanjutkan kembali sebagian produksi dan perakitan di pabriknya di Prancis dan Spanyol setelah ditangguhkan untuk pemeriksaan kesehatan dan keamanan selama 4 hari.

Pada 2019, Airbus, yang mempekerjakan 135.000 tenaga kerja secara global, menghasilkan pendapatan sekitar 70 miliar euro.

Pada pekan lalu, kompetitor Airbus yakni Boeing juga mengalami tekanan cukup berat di tengah wabah virus corona. Manajemen perusahaan menegaskan akan menunda pembayaran gaji CEO, pembayaran dividen atas laba bersih, dan memperpanjang jeda pembelian kembali (buyback) saham perusahaan.



Dalam pernyataan pada Jumat, manajemen Boeing menegaskan perseroan tengah meminta bantuan pemerintah untuk mengurangi dampak tekanan yang dialami akibat virus corona yang kian memicu perusahaan kesulitan melakukan pembayaran kepada investor.

Keputusan Boeing ini juga serupa dengan langkah banyak maskapai penerbangan di AS guna menarik dukungan dari para pembayar pajak Negeri Paman Sam atas permintaan paket stimulus pemerintah AS. Hal ini lantaran virus corona menyebar cepat secara virtual dan kian berdampak ke maskapai penerbangan, menekan permintaan perjalanan dan berimbas ke ekonomi global.

Saat ini Boeing membidik dana bantuan AS senilai US$ 60 miliar atau Rp 900 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) untuk membantu menopang rantai pasokan dari manufaktur pesawat AS ini yang sebelumnya sudah terhuyung akibat kasus pesawat jet 737 Max.


(tas/tas) Next Article Situasi Berat, Garuda Tunda Beli 4 Airbus & Cancel 49 Boeing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular