Pertama Sejak 2013, IHSG Ditutup di Bawah 4.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 March 2020 16:48
Memasuki perdagangan sesi II, kinerja IHSG malah memburuk hingga ambrol 5,01%.
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles lagi pada perdagangan Senin (23/3/2020) hingga mengakhiri perdagangan di bawah levcel 4.000 untuk pertama kalinya dalam nyaris 7 tahun terakhir. Penyebabnya aksi jual masih sama, pandemi virus corona (COVID-19) yang menyebar di lebih dari 170 negara.

IHSG mengakhiri perdagangan sesi I di level 4.034,102, ambles 3,82%. Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 2,93 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih 80,02 triliun. Tetapi di all market, investor asing masih membukukan beli bersih Rp 14,48 miliar.

Memasuki perdagangan sesi II, kinerja IHSG malah memburuk hingga ambrol 5,01%. Akibatnya perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus dihentikan sementara selama 30 menit (trading halt) pada pukul 14:52 WIB. Setelah perdagangan kembali dibuka, IHSG mampu memangkas pelemahan, mengakhiri perdagangan di level 3.989,517 melemah 4,9%. Ini menjadi pertama kalinya IHSG menutup perdagangan di bawah 4.000 sejak 27 Agustus 2013.

Pada Jumat (20/3/2020) IHSG sempat ambles ke bawah level 4.000, tetapi berhasil bangkit dan mencatat penguatan lebih dari 2%. Tetapi sepanjang pekan lalu, IHSG ambles 14,52%. Penurunan nyaris 15% tersebut menjadi penurunan terburuk sejak krisis finansial global tahun 2008. Kala itu, pada bulan Oktober 2008, IHSG ambrol lebih dari 20% dalam sepekan.



Berdasarkan data RTI, total nilai transaksi pada hari ini sebesar Rp 5,61 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih Rp 111,48 miliar di pasar reguler. Tetapi di all market ada aksi beli besih sebesar Rp 36,65 miliar.

Tanda-tanda akan kembali terjadi aksi jual di pasar keuangan dalam negeri sudah terlihat sejak dini hari tadi. Indeks saham berjangka (futures) Wall Street langsung ambles 5% menyentuh "batas bawah" atau "limit down" dari 5 menit setelah perdagangan di bulan pukul 5:00 WIB.

Benar saja, bursa saham Asia rontok pada hari ini, bahkan bursa saham India ambles 11%, bursa Singapura lebih dari 7%. Indeks Kospi Korea Selatan -5,34%, Hang Seng Hong Kong -4,57%, dan Shanghai Composite -3,11%.

Hanya indeks Nikkei Jepang yang mampu menguat 2,02%.



Pandemi virus corona (COVID-19) yang terus menyebar membuat aksi jual terjadi di bursa saham global.

Pada hari Minggu, India telah mendaftarkan 341 kasus virus corona, dengan tujuh kematian. Per hari ini, Senin (23/3/2020) jumlah kasus di India bertambah 55 menjadi 596 mengacu pada data kompilasi John Hopkins University CSSE.

Semua distrik di ibukota New Delhi akan di lockdown, sementara pemerintah negara bagian Maharashtra, rumah bagi pusat keuangan India, Mumbai, meminta semua aktibitas bisnis yang tidak memiliki urgensi tinggi untuk ditutup hingga 31 Maret. Bank dan bursa efek akan tetap terbuka.

"Kepanikan melanda India karena ada kebijakan lockdown," kata Vinod Nair, kepala penelitian di Geojit Financial Services. "Ada kekhawatiran bahwa situasinya tidak akan segera terkendali."tambahnya melansir Reuters.

Akibatnya aksi jual masif menerpa bursa saham India.

Sementara itu aksi jual kembali menerpa bursa saham Singapura setelah terjadi lonjakan kasus COVID-19. Tercatat hingga saat ini sudah ada 455 kasus, dengan 2 orang meninggal dunia dan 144 sembuh.

Untuk meredam penyebaran COVID-19, Pemerintah Singapura mulai hari ini melarang pengunjung jangka pendek masuk ke negaranya.

Laju penyebaran COVID-19 di Singapura sebelumnya sudah mengalami pelambatan signifikan, tetapi sejak pekan lalu terjadi penambahan yang signifikan akibat kasus impor, atau menyebar dari orang yang datang dari luar negeri.

"Di Singapura, hampir 80 persen dari kasus COVID-19 baru di negara kami selama tiga hari terakhir diimpor, kebanyakan dari mereka adalah warga Singapura dan pemegang Kartu Jangka Panjang yang pulang dari luar negeri. Kasus impor dari mereka yang terpapar ini memiliki riwayat perjalanan ke 22 negara yang berbeda," tulis MOH.

Di Indonesia hingga saat ini sudah ada 579 kasus positif, dengan 49 orang meninggal dan 29 orang dilaporkan sembuh. Angka tersebut diprediksi masih akan bertambah, bahkan cukup signifikan mengingat pemerintah akan melakukan rapid test.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular