Investasi Aman Saat Corona: Simpan Uang di Bawah Bantal?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2020 09:51
Investasi Aman Saat Corona: Simpan Uang di Bawah Bantal?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global benar-benar terpuruk. Dalam situasi seperti ini, sepertinya pepatah lama menjadi relevan. Cash is king...

Pada Jumat (13/3/2020) pukul 09:06 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:




Nestapa tidak cuma menghampiri pasar saham, tetapi juga pasar valas. Pada pukul 09:07 WIB, berikut perkembangan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama Asia:




Perkembangan yang menyedihkan ini disebabkan penyebaran virus corona yang semakin masif. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:44 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 128.343. Sedangkan korban meninggal tercatat 4.718 orang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan status corona sebagai pandemi. Pasalnya, negara-negara yang terdampak virus corona semakin banyak.



"Sudah lebih dari 125.000 kasus yang dilaporkan kepada WHO, dari 118 negara dalam dua pekan terakhir. Kasus di luar China meningkat 13 kali lipat dan jumlah negara yang terdampak naik hampir tiga kali lipat," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam keterangan pers seperti dikutip dari situs resmi.


Penyebaran virus corona yang kian luas membuat berbagai negara melakukan antisipasi yang agak ekstrem. Italia masih berada di fase isolasi di seluruh wilayah. Warga tidak boleh keluar rumah kecuali bekerja dan mengakses pelayanan medis darurat.

Malam tadi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump resmi melarang masuknya warga 26 negara Eropa ke wilayah Negeri Adidaya. Trump kecewa karena pemerintahan di Benua Biru gagal membendung masuknya virus corona di negara mereka.

"Kami berupaya maksimal untuk melindungi rakyat AS. Uni Eropa gagal dalam menempuh langkah pencegahan dengan melarang pendatang dari China dan negara-negara berisiko lainnya. Akibatnya, banyak kluster (virus corona) baru di AS yang disebabkan oleh pendatang dari Eropa," tegas Trump dalam konferensi pers di Oval Office, seperti dikutip dari Reuters.



Semakin banyaknya negara yang menerapkan pembatasan aktivitas berarti menahan laju roda perekonomian. Oleh karena itu, perlambatan ekonomi global adalah sebuah keniscayaan. Bahkan awan mendung resesi mulai terlihat.

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya 2,4%, direvisi ke bawah dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,9%. Namun jika penyebaran virus corona semakin parah, maka pertumbuhan ekonomi dunia bisa mengarah ke 1,5%.

"Pesan utamanya adalah perlambatan ini bisa membuat banyak negara masuk resesi. Oleh karena itu, berbagai upaya harus ditempuh secepat mungkin," tegas Laurence Boone, Kepala Ekonom EOCD, seperti dikutip dari Reuters.


Saat risiko perlambatan ekonomi begitu nyata, bahkan kemungkinan resesi mulai ada, tidak heran investor lari dari instrumen-instrumen berisiko. Namun tidak seperti biasanya, pelaku pasar tidak kemudian memburu aset berstatus safe haven seperti emas. Pada pukul 09:27 WIB, harga emas di pasar spot malah turun 1,5%.



Investor juga sepertinya tidak terlalu getol memburu aset berstatus aman lainnya yaitu obligasi pemerintah AS. Pada pukul 09:30 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun memang turun yang menandakan harga instrumen ini naik karena peningkatan permintaan. Akan tetapi, penurunan yield tidak sampai menyentuh titik terendah sejak 1953 yang dicapai pada 9 Maret lalu.



Dengan ancaman virus corona terhadap perekonomian global, kemungkinan investor sudah tidak lagi percaya dengan instrumen di pasar keuangan. Saat ini paling aman memang menyimpan uang di bawah bantal. Cash is king.

"Kami sudah menarik sebagian uang dari pasar saham dan memilih untuk memegang uang tunai. Pasar sedang melihat-lihat apa sentimen positif saat ini," ungkap Rory McPherson, Head of Investment Strategy di Psigma Investment Management, sepert diberitakan Reuters.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular