Rusia-Saudi 'Perang', DBS: Harga Minyak Bisa ke US$ 52/barel

tahir saleh, CNBC Indonesia
11 March 2020 07:05
DBS Group Research memangkas perkiraan harga minyak dunia menjadi rata-rata antara US$ 47-52 per barel tahun ini.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - DBS Group Research memangkas perkiraan harga minyak dunia khususnya Brent secara signifikan menjadi rata-rata antara US$ 47-52 per barel tahun ini seiring dengan sejumlah sentimen yang terjadi belakangan ini, termasuk virus corona dan hasil pertemuan OPEC+ di Wina, Austria.

DBS juga merevisi proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini berkurang 0,250 juta barel per hari (mb/d), dari sebelumnya 1 juta barel per hari.


Analis DBS Suvro Sarkar mengatakan tidak harmonisnya 
aliansi OPEC dan sekutunya atau OPEC+ selama pertemuan mereka di Wina pekan lalu dan sikap agresif pejabat Arab Saudi dan Rusia menyebabkan harga minyak jatuh sekitar 20% pada Senin lalu di level US$ 31,13 per barel, dan menjadi penurunan sehari tertinggi sejak tahun 1991.

HOLD minyakFoto: Riset DBS Group, 10 Maret 2020

"Prospek Arab Saudi dan Rusia dalam meningkatkan produksi mulai April mendatang dan seterusnya dalam perang harga minyak membuat pasar ketakutan. Ketika virus COVID-19 yang memicu terobosan signifikan oleh banyak negara secara global juga semakin memperparah prospek permintaan minyak," kata Suvro Sarkar, dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (11/3/2020).

HOLD minyakFoto: Riset DBS Group, 10 Maret 2020

Di sisi lain, pasokan minyak dunia bisa naik lebih dari 1 juta barel per hari pada tahun 2020, karena pengurangan produksi OPEC tidak lagi berlaku setelah kuartal I-2020 dan situasi setelahnya tetap tidak pasti.


"Oleh karena itu, kami memangkas perkiraan harga minyak secara signifikan dan sekarang mengharapkan harga minyak mentah Brent menjadi rata-rata antara US$ 47-52 per barel tahun 2020."

HOLD minyakFoto: Riset DBS Group, 10 Maret 2020

Adapun untuk tahun 2021, harga minyak mentah Brent rata-rata lebih tinggi sekitar 10% dari 2020 yakni di antara US$ 50-55 per barel.

Selain itu, DBS memprediksi permintaan minyak global akan terpukul secara signifikan di semester I-2020.

"Jika kita melihat kembali krisis SARS pada tahun 2003, permintaan minyak China juga terpukul sekitar 10% dalam satu kuartal yakni di kuartal 2-2013 ketika infeksi telah memuncak saat itu."

Sebab itu, dengan penanganan yang virus corona yang lebih ketat dengan adanya karantina dan jeda aktivitas Tahun Baru China yang diperpanjang, DBS meyakini kondisi ini bisa memukul permintaan minyak China sebesar 20% atau sekitar 3 juta barel per hari.

Penurunan permintaan minyak ini kemungkinan terjadi sekitar 1 bulan dan pada kuartal 1-2020 penurunannya rata-rata bisa 1,5 juta barel per hari dan 0,500 juta barel pada kuartal 2-2020.

"Namun, karena virus ini menyebar di dunia saat ini, kami memperkirakan dampak permintaan minyak dunia turun sebesar 1 juta barel per hari pada semester I 2020. Dengan demikian, kami prediksi pertumbuhan permintaan minyak global secara keseluruhan menjadi negatif pada tahun 2020, turun sekitar 0,250 juta barel per hari."

Sebelumnya, pada November 2019, OPEC juga kembali merilis laporan bulanannya. Dalam laporan tersebut OPEC menyebut bahwa permintaan minyak untuk tahun 2020 diperkirakan naik, masih sama dengan prediksi sebelumnya.



OPEC memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini tetap berada di angka 3%. Prediksi pertumbuhan di berbagai wilayah diperkirakan tetap sama kecuali Rusia yang direvisi turun 0,1 persentase poin (pp) ke 1,0% mengingat pertumbuhan yang rendah sepanjang semester pertama tahun 2019.

OPEC merevisi turun pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2020 sebesar 0,04 juta barel per hari (mb/d) menjadi 0,98 mb/d. Namun untuk tahun 2020, permintaan ditaksir akan naik 1,08 mb/d.

Kenaikan permintaan minyak akan ditopang oleh negara-negara bukan anggota organisasi kerja sama ekonomi dan pembangunan dunia (OECD).

OPEC : Permintaan Minyak Dunia Naik 1 Juta Barel/Hari di 2020
OPEC : Permintaan Minyak Dunia Naik 1 Juta Barel/Hari di 2020


[Gambas:Video CNBC]




(tas/sef) Next Article Kabar Baik! Saudi-Rusia Hampir Deal Pangkas Produksi Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular