Internasional

Awas Minyak 'Meledak', Ada Kabar Buruk dari OPEC Cs

sef, CNBC Indonesia
03 April 2023 05:00
kilang minyak
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi dan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi minyak. Yang mengejutkan, pemangkasan akan menembus 1,16 juta barel per hari.

Sebagaimana ditulis CNBC International, Reuters dan AFP, pengumuman dibuat OPEC+, Minggu (2/4/2023). Kelompok berdalih itu merupakan langkah "pencegahan" untuk menstabilkan pasar.

"Menekankan bahwa ini adalah tindakan pencegahan yang ditujukan untuk mendukung stabilitas pasar minyak", kata pejabat Arab Saudi, dimuat media setempat, Saudi Press Agency.

Perkembangan ini datang sehari sebelum pertemuan virtual menteri OPEC+, yang juga akan dihadiri Rusia. OPEC yang terdiri dari 13 negara pengekspor minyak akan bertemu dengan 11 negara sekutunya non OPEC, yang sama-sama memproduksi sumber energi tersebut tapi tak termasuk dalam organisasi.

Ini di luar pemotongan produksi yang dilakukan Moskow 500.000 barel per hari, sebagai bentukĀ "balasan" ke sanki Barat karena persoalan Ukraina. Secara rinci, Arab Saudi akan memotong 500.000 barel per hari, sementara Irak 211.000, UEA 144.000, Kuwait 128.000, Aljazair 48.000 dan Oman 40.000.

"Pemotongan oleh Arab Saudi, Irak, UEA, Kuwait, Aljazair, dan Oman dari Mei hingga akhir tahun akan mencapai satu juta barel per hari, pengurangan terbesar sejak kartel OPEC+ memangkas dua juta barel per hari pada Oktober," tulis AFP.

"Rusia, anggota terkemuka kartel OPEC+, mengatakan pihaknya juga memperpanjang pemotongan yang ada sebesar 500.000 barel per hari hingga akhir tahun ini, menggambarkannya sebagai "tindakan yang bertanggung jawab dan preventif," tambah media Prancis itu.

Sebelumnya, OPEC menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia 2023 pada Februari. OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan akan tumbuh sebesar 2,3 juta barel per hari menjadi rata-rata 101,87 juta barel per hari tahun ini.

"Tapi ekspektasi awal permintaan yang lebih tinggi di semester kedua sekarang ditantang oleh prospek inflasi yang tinggi dan tekanan resesi terus", kata analis Teluk Yesar al-Maleki.

"OPEC mengambil tindakan pencegahan jika pengurangan permintaan di paruh kedua mungkin lebih tinggi," tambahnya.

Menurut pakar minyak yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA) Ibrahim al-Ghitani, pemotongan tersebut mengikuti penurunan harga minyak. Ini dipicu oleh kegelisahan atas sektor perbankan.

"Menyusul jatuhnya pemberi pinjaman AS SVB (Silicon Valey Bank) dan pembelian terburu-buru UBS dari saingannya yang bermasalah, Credit Suisse," katanya.

Pengurangan ini mengabaikan seruan dari AS untuk meningkatkan produksi karena konsumsi meningkat. Pemotongan itu, dikhawatirkan memicu inflasi lebih lanjut dan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga.

Pengamat lain menyebut harga minyak akan mengalami kenaikan signifikan.

"Pengurangan terbaru dapat mengangkat harga minyak sebesar US$10 per barel," ujar pengamat minyak perusahaan investasi Pickering Energy Partners.

"Saya memperkirakan pasar akan membuka beberapa dolar lebih tinggi ... mungkin sebanyak US$ 3. Langkahnya benar-benar bullish," tambah pengamat lain, Tamas Varga dari PVM, menggaris bawahi kenaikan mulai akhir pekan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Harga Minyak Dunia Terbang Tinggi ke US$ 90, Ini Pemicunya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular