UEA & Arab Saudi Berselisih, Gimana Nasib Minyak OPEC+?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
05 July 2021 20:49
Two persons pass the logo of the Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) in front of OPEC's headquarters in Vienna, Austria June 19, 2018.   REUTERS/Leonhard Foeger
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC akan melanjutkan pembicaraan dengan mitra non-OPEC pada Senin (5/7/2021). Pembicaraan ini akan menengahi kesepakatan produksi minyak mentah setelah mereka gagal mencapai kesepakatan pekan lalu.

Pada Jumat (2/7/2021) lalu, aliansi energi OPEC+ memberikan suara pada proposal untuk meningkatkan produksi minyak sekitar 2 juta barel per hari antara Agustus dan akhir tahun dengan cicilan bulanan 400.000 barel per hari. Itu juga mengusulkan untuk memperpanjang pengurangan produksi yang tersisa hingga akhir 2022.

Namun Uni Emirat Arab menolak rencana tersebut. Ini juga menghalangi kesepakatan hari kedua berturut-turut dan meninggalkan pasar minyak tanpa kepastian selama akhir pekan lalu.

"Bagi kami, itu bukan kesepakatan yang bagus," kata Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al Mazrouei kepada CNBC International. Ia menambahkan UEA bersedia mendukung peningkatan pasokan minyak jangka pendek karena menginginkan persyaratan yang lebih baik hingga 2022.

Berbicara kepada saluran televisi Al Arabiya milik Saudi pada Minggu, Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman menyerukan "kompromi dan rasionalitas" untuk mencapai kesepakatan pada hari Senin, sebagaimana dilaporkan Reuters.

OPEC+, yang didominasi oleh produsen minyak mentah Timur Tengah, setuju untuk menerapkan pengurangan produksi minyak mentah besar-besaran pada tahun 2020. Ini menjadi upaya untuk mendukung harga minyak yang lebih baik ketika pandemi virus corona.

Dipimpin oleh Arab Saudi, sekutu dekat UEA, OPEC+ sejak itu memulai pertemuan bulanan dalam upaya untuk menavigasi kebijakan produksi.

Namun hal ini telah mengakibatkan perselisihan publik yang jarang terjadi antara UEA dan sekutu regionalnya yang lama, Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC. Perselisihan itu muncul ketika pelaku pasar energi cemas menunggu arah kebijakan yang akan membentuk pasar minyak mentah hingga tahun depan.

Menjelang pembicaraan, patokan internasional minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada US$ 76,44 per barel, naik sekitar 0,3% untuk sesi tersebut. Sementara minyak berjangka West Texas Intermediate AS berada di US$ 75,35, sekitar 0,25% lebih tinggi.

Harga minyak menguat lebih dari 45% pada paruh pertama tahun ini, didukung oleh peluncuran vaksin Covid-19, pelonggaran langkah-langkah penguncian secara bertahap dan pengurangan produksi besar-besaran dari OPEC+.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serangan Drone ke Fasilitas Aramco Bikin Harga Minyak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular