
Virus Corona Mewabah, Saham Farmasi Mulai Bergerak
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 March 2020 16:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini, Senin (2/3/2020), secara mengejutkan Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kasus infeksi virus corona pertama yang terjadi di Indonesia.
Sebelumnya banyak yang meragukan kalau Indonesia belum melaporkan kasus infeksi virus corona satu pun padahal Indonesia sangat dekat dengan China, ditambah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja sudah terjangkit.
Dua wanita yang dinyatakan positif corona adalah seorang ibu berusia 64 tahun dan anaknya yang berusia 31 tahun warga Depok. Keduanya terkonfirmasi positif terinfeksi virus ganas ini setelah bertemu dengan orang Jepang di sebuah klub dansa di Jakarta. Usai meninggalkan Indonesia, orang Jepang tersebut dikonfirmasi terjangkit COVID-19.
Kini dua pasien positif corona tersebut mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Sunter. Lalu pada Jumat kemarin, kembali diumumkan ada 2 lagi yang terjangkit virus corona dan total sudah ada 4 orang Indonesia yang terinfeksi.
Kabar ini langsung direspons negatif oleh pelaku pasar usai Jokowi memberikan keterangan langsung kepada awak media. Pada penutupan perdagangan, Senin (2/3/2020), IHSG ditutup melemah lebih dari 1%.
Namun keesokan harinya, bursa saham global mengalami rebound dan pasar modal tanah air juga ikut kena imbasnya. Pada Selasa dan Rabu pekan ini, IHSG menguat lebih dari 4%. Saham-saham emiten farmasi juga ikut merasakan kenaikannya.
Dalam sepekan terakhir, IHSG masih mencatatkan penguatan sebesar 0,84% (wow). Saham emiten farmasi juga mengalami kenaikan. Dua saham dari sektor farmasi bahkan mencatatkan apresiasi lebih tinggi dibanding IHSG.
Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan kenaikan 1,23% (wow). Saham PT Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF) malah menguat tajam. Terhitung sejak akhir perdagangan pekan lalu hingga hari ini, harga saham KAEF melesat 52,6%.
Sementara itu saham emiten jamu yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga naik tapi lebih rendah dibanding IHSG dengan penguatan sebesar 0,81% (wow).
Terkait virus corona ada beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait emiten saham sektor farmasi ini. Berikut poin yang perlu dicermati.
Untuk pertama kalinya, emiten farmasi pelat merah ini telah mengekspor 31 ton bahan baku kosmetik ke perusahaan Korea Selatan yakni Jinyoung Bio Co Ltd. Menurut Presiden Direktur KAEF Vedi Budidarmo, ini merupakan gerbang pertama KAEF untuk menembus pasar bahan baku kosmetik global.
Mengingat Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan kasus infeksi corona terbanyak kedua setelah China, hal yang perlu diwaspadai adalah potensi ekspor KAEF ke depan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bahan baku industri farmasi tanah air sebenarnya masih bergantung dari pasokan impor dari China. Sementara China saat ini sedang terkena musibah akibat wabah virus corona.
Epidemi corona yang pertama kali terjadi di Wuhan membuat puluhan kota di China dikarantina dan libur tahun baru imlek diperpanjang. Alhasil aktivitas produksi China terutama untuk industri manufaktur menjadi terhambat dan rantai pasok global menjadi terganggu.
Merespons hal ini emiten berkode KLBF telah menyiapkan strategi dual vendor untuk tetap mendapatkan pasokan bahan bakunya. Manajemen KLBF berasumsi jika wabah ini akan berakhir pada Juni dan akan terjadi kelangkaan pada beberapa bahan baku, maka potensi kehilangan penjualan perusahaan untuk tahun 2020 berkisar di Rp 100-200 miliar.
Untuk emiten farmasi lain yakni SIDO karena konten lokal bahan bakunya sangat tinggi, maka dampaknya ke perusahaan sangatlah minim. Hal ini tentu menjadi sentimen positif untuk perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Rakyat RI Gratis Vaksin, Ini Deretan Saham Farmasi Paling OK!
Sebelumnya banyak yang meragukan kalau Indonesia belum melaporkan kasus infeksi virus corona satu pun padahal Indonesia sangat dekat dengan China, ditambah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Kamboja sudah terjangkit.
Dua wanita yang dinyatakan positif corona adalah seorang ibu berusia 64 tahun dan anaknya yang berusia 31 tahun warga Depok. Keduanya terkonfirmasi positif terinfeksi virus ganas ini setelah bertemu dengan orang Jepang di sebuah klub dansa di Jakarta. Usai meninggalkan Indonesia, orang Jepang tersebut dikonfirmasi terjangkit COVID-19.
Kabar ini langsung direspons negatif oleh pelaku pasar usai Jokowi memberikan keterangan langsung kepada awak media. Pada penutupan perdagangan, Senin (2/3/2020), IHSG ditutup melemah lebih dari 1%.
Namun keesokan harinya, bursa saham global mengalami rebound dan pasar modal tanah air juga ikut kena imbasnya. Pada Selasa dan Rabu pekan ini, IHSG menguat lebih dari 4%. Saham-saham emiten farmasi juga ikut merasakan kenaikannya.
Dalam sepekan terakhir, IHSG masih mencatatkan penguatan sebesar 0,84% (wow). Saham emiten farmasi juga mengalami kenaikan. Dua saham dari sektor farmasi bahkan mencatatkan apresiasi lebih tinggi dibanding IHSG.
Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan kenaikan 1,23% (wow). Saham PT Kimia Farma (persero) Tbk (KAEF) malah menguat tajam. Terhitung sejak akhir perdagangan pekan lalu hingga hari ini, harga saham KAEF melesat 52,6%.
Sementara itu saham emiten jamu yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) juga naik tapi lebih rendah dibanding IHSG dengan penguatan sebesar 0,81% (wow).
Terkait virus corona ada beberapa poin yang perlu diperhatikan terkait emiten saham sektor farmasi ini. Berikut poin yang perlu dicermati.
Untuk pertama kalinya, emiten farmasi pelat merah ini telah mengekspor 31 ton bahan baku kosmetik ke perusahaan Korea Selatan yakni Jinyoung Bio Co Ltd. Menurut Presiden Direktur KAEF Vedi Budidarmo, ini merupakan gerbang pertama KAEF untuk menembus pasar bahan baku kosmetik global.
Mengingat Korea Selatan saat ini menjadi negara dengan kasus infeksi corona terbanyak kedua setelah China, hal yang perlu diwaspadai adalah potensi ekspor KAEF ke depan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah bahan baku industri farmasi tanah air sebenarnya masih bergantung dari pasokan impor dari China. Sementara China saat ini sedang terkena musibah akibat wabah virus corona.
Epidemi corona yang pertama kali terjadi di Wuhan membuat puluhan kota di China dikarantina dan libur tahun baru imlek diperpanjang. Alhasil aktivitas produksi China terutama untuk industri manufaktur menjadi terhambat dan rantai pasok global menjadi terganggu.
Merespons hal ini emiten berkode KLBF telah menyiapkan strategi dual vendor untuk tetap mendapatkan pasokan bahan bakunya. Manajemen KLBF berasumsi jika wabah ini akan berakhir pada Juni dan akan terjadi kelangkaan pada beberapa bahan baku, maka potensi kehilangan penjualan perusahaan untuk tahun 2020 berkisar di Rp 100-200 miliar.
Untuk emiten farmasi lain yakni SIDO karena konten lokal bahan bakunya sangat tinggi, maka dampaknya ke perusahaan sangatlah minim. Hal ini tentu menjadi sentimen positif untuk perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Rakyat RI Gratis Vaksin, Ini Deretan Saham Farmasi Paling OK!
Most Popular