
Investor 'Obral' Saham di Mana-mana, Kurs Yen Jadi Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 February 2020 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/2/2020) akibat semakin memburuknya sentimen pelaku pasar yang membuat bursa saham global berguguran di pekan ini.
Pada pukul 10:42 WIB, yen diperdagangkan di level 108,93/US$, menguat 0,59% di pasar spot, melansir data Refnitiv. Sepanjang pekan ini, yen sudah menguat 2,4%.
Laporan terbaru virus corona di AS membuat aksi jual di bursa saham bursa saham terus berlanjut pada hari ini. Kasus terbaru di AS tersebut berbeda dengan kasus-kasus lainnya, dimana para pasien positif corona dapat diketahui penyebabnya, seperti punya riwayat berpergian ke China, atau pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.
Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona. Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.
Dolar AS yang sebelumnya perkasa melawan yen, bahkan menyentuh level terkuat 10 bulan pada pekan lalu berbalik jeblok.
Selain terpukulnya dolar AS, bursa saham AS (Wall Street) akhirnya mengalami aksi jual masif Kamis kemarin. Indeks Dow Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.
"Obral" saham di AS tersebut juga memicu aksi yang sama di bursa Asia hari ini. Indeks Nikkei Jepang, Shanghai Composite China anjlok lebih dari 3%, Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan juga merosot nyaris 3%.
Untuk diketahui, Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Pada pukul 10:42 WIB, yen diperdagangkan di level 108,93/US$, menguat 0,59% di pasar spot, melansir data Refnitiv. Sepanjang pekan ini, yen sudah menguat 2,4%.
Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona. Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.
Dolar AS yang sebelumnya perkasa melawan yen, bahkan menyentuh level terkuat 10 bulan pada pekan lalu berbalik jeblok.
Selain terpukulnya dolar AS, bursa saham AS (Wall Street) akhirnya mengalami aksi jual masif Kamis kemarin. Indeks Dow Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.
"Obral" saham di AS tersebut juga memicu aksi yang sama di bursa Asia hari ini. Indeks Nikkei Jepang, Shanghai Composite China anjlok lebih dari 3%, Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan juga merosot nyaris 3%.
Untuk diketahui, Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen
Most Popular