Kurs Dolar Singapura Tiba-tiba Melesat ke Atas Rp 10.100/SG$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 February 2020 10:25
Dalam lima hari terakhir, Mata Uang Negeri Merlion ini sudah menguat 2,85%,
Foto: Dolar Singapura (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat cukup tajam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (28/2/2020), setelah membukukan pelemahan lima hari beruntun.

Dolar Singapura melesat 0,58% ke level Rp 10.113,25/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 23 Januari lalu. Padahal pekan lalu, dolar Singapura berada di level terlemah sejak Juli 2017 di Rp 9.738,78/SG$.

Dalam lima hari terakhir, Mata Uang Negeri Merlion ini sudah menguat 2,85%, jika ditambah hari ini tentunya sudah lebih dari 3%. Posisi Dolar Singapura sedikit terkoreksi, pada pukul 9:35 WIB SG$ 1 setara Rp Rp 10.098,05, menguat 0,43%.



Berlanjutnya aksi jual di pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah terus mengalami tekanan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 3,5% sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 11,7 basis poin (bps) menjadi 6,833%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.

Aksi jual yang terus melanda pasar keuangan dalam negeri, terpicu oleh anjloknya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis kemarin, yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk.

Indeks Doe Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.



Kecemasan akan penyebaran wabah virus corona di AS membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan memilih masuk ke aset aman seperti obligasi AS dan emas.

Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona. Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.

Yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah "produk turunan" dari virus corona yakni pelambatan ekonomi global. China yang merupakan asal virus corona hampir dipastikan akan mengalami pelambatan ekonomi, begitu juga negara-negara lainnya yang sudah terjangkit seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura.

Meski demikian nilai tukar dolar Singapura terus menguat belakangan ini, sebabnya, Indonesia juga tidak lepas dari ancaman pelambatan ekonomi. Kurs rupiah sempat berjaya di bulan Januari, dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. Salah satu alasannya adalah perekonomian global tahun ini yang diprediksi akan lebih baik dari tahun 2019.

Para investor masuk ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi seperti obligasi di Indonesia, begitu juga dengan saham. Dampaknya aliran modal deras masuk ke dalam negeri. Kini kondisinya berbanding terbalik, pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko atau berimbal hasil tinggi dan memilih bermain aman. Aliran modal keluar dari Indonesia yang terlihat dari anjloknya bursa saham serta naiknya yield obligasi, rupiah pun terus tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular