Bursa Tokyo Ambles 1,8%, Kurs Yen Cuma Menguat Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 February 2020 11:27
Sepanjang pekan ini bahkan sudah merosot lebih dari 6% akibat wabah virus corona yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Foto: Uang kertas Jepang 10.000 yen tersebar di pertukaran uang Interbank Inc. di Tokyo. REUTERS / Yuriko Nakao
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (27/2/2020) meski bursa saham Jepang kembali mengalami aksi jual.

Pada pukul 10:25 WIB, yen diperdagangkan di level 110,28/US$, menguat 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara itu indeks Nikkei 225 amblas 1,8% pagi ini, sepanjang pekan ini bahkan sudah merosot lebih dari 6% akibat wabah virus corona yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Yen merupakan aset yang menyandang status aset aman (safe haven) dan kerap menjadi buruan pelaku pasar ketika terjadi gejolak geopolitik maupun di pasar finansial. Kombinasi wabah virus corona dan anjloknya bursa saham seharusnya membuat yen perkasa.


Nyatanya, di sepanjang pekan ini yen "hanya" menguat 1,16%, bahkan melemah pada Rabu kemarin, dan menyentuh level terlemah 10 bulan pada pekan lalu.

Melihat pergerakan tersebut, yen berpeluang kehilangan statusnya sebagai aset safe haven, apalagi ekonomi Jepang terancam mengalami resesi akibat wabah virus corona.

Wajar saja, Jepang menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak ke-empat. Hingga saat ini tercatat sebanyak 189 pasien yang positif corona.



Lonjakan kasus virus corona terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, jumlah kasus Covid-19 di Korsel kini mencapai 1.595 orang, dengan 12 orang meninggal dunia. Korsel kini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China yang menjadi pusat wabah tersebut.

Korban meninggal di Italia juga sebanyak 12 orang, dengan 453 orang yang terjangkit, sementara Iran melaporkan 19 orang meninggal dan menjangkiti 139 orang. Di China yang merupakan pusat wabah corona, jumlah korban meninggal lebih dari sebanyak 2.700 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 78.000 orang. Sementara Secara global virus corona telah menewaskan 2.799 orang, dan menjangkiti lebih dari 82.000 orang.

"Saat virus corona menyebar di Jepang, pelaku pasar enggan membeli yen sebagai safe haven. Saat ini hanya sedikit alasan untuk membeli yen dan menjual dolar AS dan euro. Cepat atau lambat yen akan kehilangan statusnya sebagai aset safe haven" kata Yuzo Sakai, kepala manajer bisnis forex di Ueda Totan Forex Ltd sebagaimana dilansir Kyodo News.

Sebelum kasus corona muncul pertengahan Januari lalu, ekonomi Jepang sudah terkontraksi. Kini virus corona memperbesar risiko resesi di Jepang. Apalagi China yang menjadi asal virus corona diprediksi mengalami pelambatan ekonomi. China juga mitra dagang utama Jepang, sehingga akan berdampak ke perekonomian Negeri Matahari Terbit.

Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestik bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014. Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.

"Ada kekhawatiran yang besar jika perekonomian Jepang akan terus melambat akibat penyebaran virus corona. Popularitas yen sebagai jelas semakin menurun" kata Takhesi Minami, kepala ekonomi di Norinchukin Research Institute, sebagaimana dilansir Kyodo News.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]



(pap/pap) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular