
Corona Terus Makan Korban, Bursa Asia Berguguran
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2020 09:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia berjatuhan pagi ini. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang semakin nyata gara-gara virus Corona membuat investor berpikir ribuan kali untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
Pada Jumat (21/2/2020) pukul 08:40 WIB, berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama Asia:
Perkembangan penyebaran virus Corona memang mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 08:33 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 76.215. Korban jiwa terus bertambah menjadi 2.247 orang.
Virus Corona memang berasal dan paling banyak menyerang di China. Namun perlu dicatat virus ini sudah menyebar ke 28 negara dan menciptakan kepanikan.
Daegu, kota terbesar keempat Korea Selatan, sudah seperti kota mati karena warga tidak berani keluar rumah. Kwon Young-jin, Wali Kota Daegu, menyarankan warga akan tetap di rumah setelah 90 jemaat sebuah gereja menunjukkan tanda-tanda serangan virus Corona. Bahkan beberapa di antaranya kemudian positif.
"Kita sedang dalam krisis. Kami meminta warga untuk tetap di rumah, jangan dulu mengunjungi sanak keluarga," kata Kwon, seperti diberitakan Reuters.
Daegu adalah salah satu kota manufaktur yang penting di Korea Selatan, di mana terdapat banyak industri tekstil, logam, sampai mesin. Berarti sekarang industri-industri tersebut tidak berfungsi, idle, menganggur. Tidak hanya rantai pasok yang rusak, tetapi ada ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena pabrik tidak beroperasi.
Dampak ekonomi semacam ini yang paling dikhawatirkan dari virus Corona. Produksi yang terhambat tidak hanya terjadi di China, tetapi sudah dirasakan di negara lain.
Di Jepang, angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur periode Februari 2020 adalah 47,6. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 47,6 sekaligus menjadi yang terendah sejak akhir 2012.
"Data PMI terakhir menunjukkan risiko resesi teknikal di Jepang semakin tinggi. Survei menggambarkan bahwa dampak penyebaran virus Corona sudah dirasakan oleh Jepang, terutama dari jalur pariwisata," kata Jo Hayes, Ekonom IHS Markit, melalui keterangan tertulis.
Dampak virus Corona juga pasti dirasakan oleh Indonesia. Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), potensi kehilangan devisa dari pariwisata mencapai US$ 1,3 miliar. Sementara dari sisi logistik, dampak di sisi ekspor adalah US$ 0,7 miliar dan impor US$ 0,7 miliar. Kemudian ada dampak penundaan investasi, khususnya dari China, yang diperkirakan bernilai US$ 0,4 miliar.
Angka-angka tersebut membuat Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020. Awalnya, MH Thamrin meramal ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 5,1-5,5%, tetapi kemudian direvisi menjadi 5-5,4%.
"Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek terhadap pemulihan ekonomi dunia pasca Covid-19 yang mempengaruhi lewat pariwisata, perdagangan, dan investasi," kata Perry, kemarin.
Jadi, perlambatan ekonomi dunia akibat virus Corona sudah semakin nyata di depan mata. Bisa dimaklumi kalau investor memilih bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang Asia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kamis Kelabu! Asing Kabur Rp 668 M, IHSG Jatuh 5% Lebih
Pada Jumat (21/2/2020) pukul 08:40 WIB, berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama Asia:
Virus Corona memang berasal dan paling banyak menyerang di China. Namun perlu dicatat virus ini sudah menyebar ke 28 negara dan menciptakan kepanikan.
Daegu, kota terbesar keempat Korea Selatan, sudah seperti kota mati karena warga tidak berani keluar rumah. Kwon Young-jin, Wali Kota Daegu, menyarankan warga akan tetap di rumah setelah 90 jemaat sebuah gereja menunjukkan tanda-tanda serangan virus Corona. Bahkan beberapa di antaranya kemudian positif.
"Kita sedang dalam krisis. Kami meminta warga untuk tetap di rumah, jangan dulu mengunjungi sanak keluarga," kata Kwon, seperti diberitakan Reuters.
Daegu adalah salah satu kota manufaktur yang penting di Korea Selatan, di mana terdapat banyak industri tekstil, logam, sampai mesin. Berarti sekarang industri-industri tersebut tidak berfungsi, idle, menganggur. Tidak hanya rantai pasok yang rusak, tetapi ada ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena pabrik tidak beroperasi.
Dampak ekonomi semacam ini yang paling dikhawatirkan dari virus Corona. Produksi yang terhambat tidak hanya terjadi di China, tetapi sudah dirasakan di negara lain.
Di Jepang, angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur periode Februari 2020 adalah 47,6. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 47,6 sekaligus menjadi yang terendah sejak akhir 2012.
"Data PMI terakhir menunjukkan risiko resesi teknikal di Jepang semakin tinggi. Survei menggambarkan bahwa dampak penyebaran virus Corona sudah dirasakan oleh Jepang, terutama dari jalur pariwisata," kata Jo Hayes, Ekonom IHS Markit, melalui keterangan tertulis.
Dampak virus Corona juga pasti dirasakan oleh Indonesia. Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), potensi kehilangan devisa dari pariwisata mencapai US$ 1,3 miliar. Sementara dari sisi logistik, dampak di sisi ekspor adalah US$ 0,7 miliar dan impor US$ 0,7 miliar. Kemudian ada dampak penundaan investasi, khususnya dari China, yang diperkirakan bernilai US$ 0,4 miliar.
Angka-angka tersebut membuat Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020. Awalnya, MH Thamrin meramal ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 5,1-5,5%, tetapi kemudian direvisi menjadi 5-5,4%.
"Revisi prakiraan ini terutama karena pengaruh jangka pendek terhadap pemulihan ekonomi dunia pasca Covid-19 yang mempengaruhi lewat pariwisata, perdagangan, dan investasi," kata Perry, kemarin.
Jadi, perlambatan ekonomi dunia akibat virus Corona sudah semakin nyata di depan mata. Bisa dimaklumi kalau investor memilih bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang Asia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kamis Kelabu! Asing Kabur Rp 668 M, IHSG Jatuh 5% Lebih
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular