Ngeri Resesi, Bursa Saham Dunia Rontok! Termasuk IHSG...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2022 10:30
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pekan ini. Pelemahan IHSG searah dengan koreksi pasar saham dunia.

Kemarin, IHSG finis di posisi 7.086,65. Melemah 1,34% dan menyentuh titik terendah sejak 30 Mei.

Dalam sepekan, IHSG juga melemah 1,34% secara point-to-point. Tren penguatan selama tiga minggu beruntun berakhir pekan ini.

Tidak hanya IHSG, indeks saham Asia pun merah. Secara mingguan, Sensex (India) ambles 2,63%, Straits Times (Singapura) anjlok 1,55%, dan PSEI (Filipina) jatuh 3,14%.

Bursa saham Eropa pun setali tiga uang. Dalam sepekan, FTSE 100 (Inggris) ambrol 3,82%, DAX (Jerman) rontok 4,83%, dan CAC (Prancis) minus 4,6%.

Situasi serupa terjadi di bursa saham Amerika Serikat (AS). Dalam seminggu, Dow Jones Industrial Average terkoreksi 4,58%, S&P 500 ambruk 5,05%, dan Nasdaq 100 turun 5,7%.

Halaman Selanjutnya --> 'Hantu' Resesi Datang Lagi

Kekhawatiran akan risiko resesi membuat aset berisiko seperti saham kurang peminat. Di tengah tekanan inflasi tinggi, bank sentral di berbagai negara menerapkan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga acuan.

"Saya rasa bank sentral tidak akan goyah. Mereka tetap di jalurnya, menaikkan suku bunga," ujar Matthias Scheiber, Global Head of Portfolio di Allspring, seperti dikutip dari Reuters.


Kenaikan suku bunga punya efek samping. Ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan melambat, sehingga konsumsi dan investasi lesu, pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.

Bank Dunia pun memberi wanti-wanti. Pada 1970-an, saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak (oil boom), bank sentral di berbagai negara juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Efek sampingnya luar biasa, ekonomi bukannya tumbuh malah terkontraksi alias minus. Bahkan sampai menyebabkan resesi global.

"Upaya pemulihan saat itu membutuhkan kenaikan suku bunga acuan secara tajam. Akan tetapi, dampaknya adalah memicu resesi global dan krisis keuangan di negara berkembang," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect edisi Juni 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular