
Khawatirnya BI akan Virus Corona, Dampaknya Bagi RI Seram
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
20 February 2020 16:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat bahwa pemulihan ekonomi global di tahun ini tertahan setelah merebaknya covid-19 atau virus corona asal Wuhan, China sejak akhir Januari 2020. Hal ini tentunya mempengaruhi perekonomian seluruh negara di dunia termasuk Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, saat ini BI masih melihat akan sejauh mana penyebaran virus ini untuk melakukan langkah kebijakan selanjutnya. Langkah ini juga akan dilakukan bersama dengan pemerintah dengan memperkuat koordinasi untuk terus mendorong perekonomian.
Menurutnya, pengaruh dari corona virus sudah terlihat di pasar keuangan dengan terjadi aliran modal keluar oleh beberapa investor asing terutama yang jangka pendek. Dimana para investor menjual dananya yang ada di Surat Berharga Negara (SBN).
Namun, meski demikian masih banyak juga investor yang minat terhadap aset RI yang terbukti dengan lelang SBN yang mencapai 7 kali lipat dari target.
"BI akan terus jaga stabilitas nilai tukar dan pas keuangan, itu komitmen BI. Kami ada triple intervensi di DNDF, di spot dan juga pembelian SBN dari pasar sekunder dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Selain itu, BI juga melihat bahwa dampak dari virus corona akan sangat menekan ke pariwisata Indonesia. Tidak hanya itu, virus ini akan berdampak pada sektor ekspor ke China dan impor dari China serta ke investasi dalam negeri.
"Tentu saja kami lagi-lagi melakukan assessment yang terus perlu diambil, karena ketidakpastian masih tinggi," ujarnya.
Untuk sektor pariwisata, BI melihat bahwa penutupan penerbangan akan dilakukan China selama dua bulan. Ini akan berdampak selama enam bulan bagi penurunan wisatawan asing asal China yang masuk ke RI.
"Penurunan wisman akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dari pariwisata. Hitung-hitungan kami, kurang lebih (potensi) US$ 1,3 miliar terhadap penerimaan devisa dari pariwisata," jelasnya.
Sedangkan, dampaknya kepada ekspor di proyeksi mencapai sekitar US$ 300 juta. Kemudian pengaruh ke impor sekitar US$ 700 juta sepanjang tahun ini.
"Itulah assessment-assessment yang akan terus kami lakukan dan sudah kami lakukan untuk terus mendorong perekonomian," kata dia.
Namun, ia tak menampik, virus corona akan membuat perekonomian Indonesia pada kuartal II di bawah 5% dan secara full year akan tetap di kisaran 5%. Hal ini sejalan dengan proyeksi awal bahwa sektor pariwisata dan ekspor akan tertekan setidaknya pada Februari dan Maret tahun ini.
"Perhitungan kami bisa capai 4,9% (kuartal I). Tapi dengan stimulus yang dikeluarkan pemerintah dan dukungan BI, maka diharapkan akan terus bisa dorong (PDB) di atas 5% (2020)."
(dru) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, saat ini BI masih melihat akan sejauh mana penyebaran virus ini untuk melakukan langkah kebijakan selanjutnya. Langkah ini juga akan dilakukan bersama dengan pemerintah dengan memperkuat koordinasi untuk terus mendorong perekonomian.
Menurutnya, pengaruh dari corona virus sudah terlihat di pasar keuangan dengan terjadi aliran modal keluar oleh beberapa investor asing terutama yang jangka pendek. Dimana para investor menjual dananya yang ada di Surat Berharga Negara (SBN).
"BI akan terus jaga stabilitas nilai tukar dan pas keuangan, itu komitmen BI. Kami ada triple intervensi di DNDF, di spot dan juga pembelian SBN dari pasar sekunder dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Selain itu, BI juga melihat bahwa dampak dari virus corona akan sangat menekan ke pariwisata Indonesia. Tidak hanya itu, virus ini akan berdampak pada sektor ekspor ke China dan impor dari China serta ke investasi dalam negeri.
"Tentu saja kami lagi-lagi melakukan assessment yang terus perlu diambil, karena ketidakpastian masih tinggi," ujarnya.
Untuk sektor pariwisata, BI melihat bahwa penutupan penerbangan akan dilakukan China selama dua bulan. Ini akan berdampak selama enam bulan bagi penurunan wisatawan asing asal China yang masuk ke RI.
"Penurunan wisman akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dari pariwisata. Hitung-hitungan kami, kurang lebih (potensi) US$ 1,3 miliar terhadap penerimaan devisa dari pariwisata," jelasnya.
Sedangkan, dampaknya kepada ekspor di proyeksi mencapai sekitar US$ 300 juta. Kemudian pengaruh ke impor sekitar US$ 700 juta sepanjang tahun ini.
"Itulah assessment-assessment yang akan terus kami lakukan dan sudah kami lakukan untuk terus mendorong perekonomian," kata dia.
Namun, ia tak menampik, virus corona akan membuat perekonomian Indonesia pada kuartal II di bawah 5% dan secara full year akan tetap di kisaran 5%. Hal ini sejalan dengan proyeksi awal bahwa sektor pariwisata dan ekspor akan tertekan setidaknya pada Februari dan Maret tahun ini.
"Perhitungan kami bisa capai 4,9% (kuartal I). Tapi dengan stimulus yang dikeluarkan pemerintah dan dukungan BI, maka diharapkan akan terus bisa dorong (PDB) di atas 5% (2020)."
(dru) Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan
Most Popular