
Ketularan Wall Street, IHSG Lemah-Letih-Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (28/6/2022). Pergerakan IHSG searah dengan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga finis di zona merah.
IHSG dibuka melemah 0,14% di posisi 7.006,41 dan berakhir melemah 0,64% atau 44,76 poin ke 6.971,28 pada penutupan perdagangan sesi I pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,26 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah. Selang 5 menit perdagangan IHSG terpantau semakin melemah dan meninggalkan level psikologis 7.000.
Alih-alih berbalik ke zona hijau, IHSG konsisten berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I. Level terendah berada di posisi 6.960,07 sekitar pukul 10:10 WIB dan level tertinggi berada di 7.012,2 sesaat setelah perdagangan dibuka.
Sementara, mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 298 unit, sedangkan 212 unit lainnya menguat dan 164 sisanya stagnan.
Melemahnya IHSG mengekor bursa saham AS di tengah kenaikan imbal hasil (yield) surat utang AS tenor 10 tahun yang naik ke 3,2%. Kenaikan yield merespon pernyataan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell yang mengatakan bahwa kenaikan tajam suku bunga bisa berdampak pada peningkatan pengangguran.
Namun The Fed sendiri saat ini lebih fokus pada upaya untuk menjinakkan inflasi di AS yang sudah mencapai laju tertingginya dalam 4 dekade terakhir.
Bergeser ke Eropa, investor akan mengamati pidato dari Presiden bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), Christine Lagarde pada hari ini. Pasar berekspektasi bahwa ECB akan segera menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Selain itu, investor juga akan mencari lebih banyak pembaruan dari pertemuan puncak para pemimpin G7.
Presiden AS Joseph 'Joe' Biden bergabung dengan para pemimpin negara demokrasi terkaya di dunia, termasuk Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang, untuk pertemuan puncak tiga hari yang dimulai Minggu, di mana perang Rusia-Ukraina dan ekonomi global menjadi agenda utama.
Kekhawatiran ekonomi saat ini akan terus membebani pasar. Tingkat inflasi yang tinggi masih menjadi risiko terbesar atas aset keuangan. Hal ini yang menyebabkan investor cenderung pesimis untuk terus berada di pasar saham.
Ditambah lagi adanya sentimen negatif dari risiko akibat berlanjutnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina serta kebijakan proteksionisme yang memicu krisis pangan global serta agresivitas pengetatan moneter global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?