
Dapat Rating BBB+ dari Pefindo, Tiphone kok Gagal Bayar?
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
18 February 2020 09:57

Jakarta, CNCB Indonesia - PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. (TELE) disebut oleh otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami gagal bayar atas obligasi yang diterbitkan pada 2019. Padahal PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) awal tahun ini baru saja menegaskan peringkat BBB+ untuk surat utang yang diterbitkan perseroan.
Gagal bayar tersebut diketahui setelah BEI mengeluarkan pengumuman penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham berkode TELE, sejak Selasa (18/2/2020).
Penghentian perdagangan ini dilakukan di seluruh pasar terhitung sejak sesi I hari ini hingga pengumuman bursa lebih lanjut.
Surat ini ditandatangani oleh PH Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 2 BEI Irawati Widyaningtyas dan PH Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Yayuk Sri Wahyuni.
"Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan," sebut Irawati dan Yayuk dalam surat tersebut.
Adapun keterbukaan informasi terakhir yang disampaikan perusahaan adalah mengenai pembatalan rencana paparan publik (public expose) yang seharusnya dilaksanakan pada 31 Januari 2020. Penyampaian pembatalan ini dilakukan perusahaan pada 28 Januari 2020.
Obligasi yang dimaksud adalah Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2019 dengan nilai pokok senilai Rp 53 miliar. Surat utang ini diterbikan dengan tingkat bunga 11,5% per tahun dan memiliki tenor satu tahun. Seharusnya, obligasi ini jatuh tempo pada hari ini, 18 Februari 2020.
Pada 13 Januari 2020, Pefindo menegaskan peringkat "idBBB+" untuk Tiphone Mobile Indonesia dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2016-2017 dan Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2019. Outlook untuk peringkat Perusahaan adalah "Stabil".
Dengan peringkat idBBB+ yang dimiliki TELE, menurut Pefindo, memiliki kemampuan yang memadai dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
"Walaupun demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi. Tanda Tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan," tulis Pefindo dalam rilis rating-nya.
Selain itu, lanjut Pefindo, peringkat mencerminkan kuatnya posisi pasar TELE dalam bisnis distribusi voucher ponsel yang didukung oleh sinergi dengan grup Telkom, jaringan distribusi yang beragam dan luas, serta aliran pendapatan yang stabil.
Peringkat dibatasi oleh struktur permodalan Perusahaan yang agresif, proteksi arus kas yang lemah, dan persaingan yang ketat dalam bisnis penjualan voucher dan bisnis seluler.
Peringkat dapat dinaikkan apabila TELE secara signifikan dapat memperbaiki struktur permodalan secara berkelanjutan dan memperkuat kinerja bisnisnya. Hal ini juga harus didukung oleh posisi likuiditas Perusahaan yang kuat untuk mendukung tingginya kebutuhan modal kerja.
Peringkat dapat diturunkan apabila pendapatan dan/atau EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) perusahaan lebih rendah secara signifikan dari yang diproyeksikan.
"Kami juga dapat menurunkan peringkat apabila Perusahaan menjadi lebih agresif dalam kegiatan pembiayaannya, yang diindikasikan oleh tingkat utang yang lebih tinggi dari yang diproyeksikan," tulis Pefindo.
Peringkat juga dapat tertekan apabila terdapat perubahan material atau penurunan terhadap hubungan bisnis Perusahaan dengan grup Telkom maupun adanya peraturan pemerintah yang tidak menguntungkan terhadap bisnis seluler yang dapat terefleksikan dari penurunan kinerja penjualan voucher.
(hps/tas) Next Article Gagal Bayar Obligasi, Ini Bisnis Utama Tiphone Mobile
Gagal bayar tersebut diketahui setelah BEI mengeluarkan pengumuman penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham berkode TELE, sejak Selasa (18/2/2020).
Penghentian perdagangan ini dilakukan di seluruh pasar terhitung sejak sesi I hari ini hingga pengumuman bursa lebih lanjut.
"Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan," sebut Irawati dan Yayuk dalam surat tersebut.
Adapun keterbukaan informasi terakhir yang disampaikan perusahaan adalah mengenai pembatalan rencana paparan publik (public expose) yang seharusnya dilaksanakan pada 31 Januari 2020. Penyampaian pembatalan ini dilakukan perusahaan pada 28 Januari 2020.
Obligasi yang dimaksud adalah Obligasi Berkelanjutan II Tiphone Tahap I Tahun 2019 dengan nilai pokok senilai Rp 53 miliar. Surat utang ini diterbikan dengan tingkat bunga 11,5% per tahun dan memiliki tenor satu tahun. Seharusnya, obligasi ini jatuh tempo pada hari ini, 18 Februari 2020.
Pada 13 Januari 2020, Pefindo menegaskan peringkat "idBBB+" untuk Tiphone Mobile Indonesia dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2016-2017 dan Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2019. Outlook untuk peringkat Perusahaan adalah "Stabil".
Dengan peringkat idBBB+ yang dimiliki TELE, menurut Pefindo, memiliki kemampuan yang memadai dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.
"Walaupun demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi. Tanda Tambah (+) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif kuat dan di atas rata-rata kategori yang bersangkutan," tulis Pefindo dalam rilis rating-nya.
Selain itu, lanjut Pefindo, peringkat mencerminkan kuatnya posisi pasar TELE dalam bisnis distribusi voucher ponsel yang didukung oleh sinergi dengan grup Telkom, jaringan distribusi yang beragam dan luas, serta aliran pendapatan yang stabil.
Peringkat dibatasi oleh struktur permodalan Perusahaan yang agresif, proteksi arus kas yang lemah, dan persaingan yang ketat dalam bisnis penjualan voucher dan bisnis seluler.
Peringkat dapat dinaikkan apabila TELE secara signifikan dapat memperbaiki struktur permodalan secara berkelanjutan dan memperkuat kinerja bisnisnya. Hal ini juga harus didukung oleh posisi likuiditas Perusahaan yang kuat untuk mendukung tingginya kebutuhan modal kerja.
Peringkat dapat diturunkan apabila pendapatan dan/atau EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) perusahaan lebih rendah secara signifikan dari yang diproyeksikan.
"Kami juga dapat menurunkan peringkat apabila Perusahaan menjadi lebih agresif dalam kegiatan pembiayaannya, yang diindikasikan oleh tingkat utang yang lebih tinggi dari yang diproyeksikan," tulis Pefindo.
Peringkat juga dapat tertekan apabila terdapat perubahan material atau penurunan terhadap hubungan bisnis Perusahaan dengan grup Telkom maupun adanya peraturan pemerintah yang tidak menguntungkan terhadap bisnis seluler yang dapat terefleksikan dari penurunan kinerja penjualan voucher.
(hps/tas) Next Article Gagal Bayar Obligasi, Ini Bisnis Utama Tiphone Mobile
Most Popular