Corona, Resesi, dan Bursa Saham Asia yang Ambyar

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2020 08:55
Corona, Resesi, dan Bursa Saham Asia yang Ambyar
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Asia bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Kekhawatiran terhadap resesi akibat serangan virus Corona membuat investor bersikap hati-hati.

Pada Selasa (18/2/2020) pukul 08:48 WIB, indeks Topix di Jepang amblas 1,1% ke 1.669,24. Kemudian Kospi (Korea Selatan) anjlok 1,32% ke 2.212,57 dan Straits Times Singapura berkurang 0,42% menjadi 3.199,35.

Sementara indeks Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,83% menjadi 27.706,48. Lalu indeks Shanghai Composite (China) turun 0,12% ke 2.979,94.

Investor, dan seluruh warga dunia, semakin cemas dengan penyebaran (outbreak) virus Corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:23 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia bertambah menjadi 73.314. Korban jiwa juga semakin banyak, yaitu 1.872 orang.


Virus Corona berawal dari China, jumlah kasus dan korban jiwa terbanyak juga ada di Negeri Tirai Bambu. Penyebaran virus yang semakin masif membuat aktivitas ekonomi China berjalan lambat, belum kembali ke kapasitas penuh selepas libur Tahun Baru Imlek.

Akibatnya, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Bahkan ada yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bisa di bawah 5%.


Globalisasi membuat kejadian di suatu negara akan mempengaruhi negara lain. Apalagi kalau kejadiannya di China, kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan nomor dua dunia. Penurunan permintaan di China akan memukul ekspor dan investasi negara lainnya.


Sejumlah negara sudah khawatir bakal terjerumus ke jurang resesi. Misalnya Jepang. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Jepang terkontraksi atau tumbuh negatif 6,3% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi pasar yaitu minus 3,7%.

"Ada risiko yang cukup besar ekonomi Jepang akan kembali terkontraksi pada kuartal I-2020. Sebab virus (Corona) akan berdampak terhadap ekspor dan pariwisata yang kemudian mempengaruhi konsumsi domestik. Ini tidak akan mampu ditutup oleh gelaran Olimpiade di Tokyo, kerusakan ekonomi sepertinya akan besar," tegas Tairo Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikabarkan Reuters.


Kemudian Singapura juga sepertinya akan merasakan dampak virus Corona. Gabriel Liem, Sekretaris Perdana Menteri Singapura, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa pada 2020 akan berada di kisaran 0,5-1,5%. Turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 0,5-2,5%.

"Prospek ekonomi Singapura cenderung menurun. Penyebaran virus diperkirakan berdampak terhadap perekonomian Singapura," kata Lim, seperti dikutip dari Reuters.

Thailand juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dari 2,7-3,7% menjadi 1,5-2,5%. Bahkan ekonomi Negeri Gajah Putih diperkirakan terkontraksi pada kuartal I-2020. "Kuartal I mungkin ada kontraksi, tetapi membaik pada kuartal II. Jadi tidak ada resesi teknikal," kata Wichayayuth Boonchit, Deputi Sekretaris Jenderal Badan Perencanaan Pembangunan Thailand, seperti diwartakan Reuters.


Risiko perlambatan ekonomi bahkan resesi membuat investor berpikir ribuan kali untuk bermain agresif. Pelaku pasar yang memilih bermain aman menjatuhkan pilihan kepada emas.

Permintaan yang meningkat membuat harga emas terangkat. Pada pukul 08:47 WIB, harga emas dunia di pasar spot naik 0,14% ke US$ 1.589,33/troy ons.



TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular