Awal Pekan, IHSG Langsung Terbenam ke Zona Merah

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 February 2020 09:35
Awal Pekan, IHSG Langsung Terbenam ke Zona Merah
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini IHSG dibuka melemah tipis 0,05% setelah mengalami koreksi sebesar 2,21% pada minggu kemarin.

Pada Senin (17/2/2020), IHSG dibuka turun 0,05% ke level 5.863. Kali ini IHSG juga bergerak ke arah berbeda dengan beberapa bursa utama di kawasan benua kuning. Indeks Kospi misalnya yang pagi ini ditransaksikan naik 0,14% dibanding posisi penutupan pekan kemarin. Indeks Shang Hai komposit juga mengalami apresiasi sebesar 0,89%. Sementara indeks Hang Seng naik 0,35%.

Bersama IHSG, indeks bursa saham Negeri Singa juga mengalami pelemahan. Indeks Strait Times mengalami koreksi sebesar 0,15% pada perdagangan pagi ini.

Tadi pagi, tiga indeks utama Wall Street ditutup menguat. Indeks Dow Jones menguat 1,02% ke 29.398,08, S&P 500 naik 1,58% ke 3,389,16, dan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 2,21% ke 9.731,17.

Indeks harga saham tanah air memang tak menunjukkan kinerja yang memuaskan sejak awal tahun dengan mencatatkan pelemahan sebesar 6,8% hingga penutupan perdagangan akhir pekan kemarin.

Rilis data ekonomi tanah air yang tak bisa dibilang bagus serta masih merebaknya virus corona di China dan berbagai negara lainnya jadi momok yang membuat bursa saham tanah air terperosok.

Menurut data yang dirilis oleh John Hopkins University CSSE, saat ini sudah ada 71.329 kasus orang yang positif terinfeksi oleh virus mematikan yang diberi nama COVID-19 itu. Jika dibanding dengan kemarin, jumlah kasus bertambah lebih dari 1.000 orang yang terinfeksi dalam sehari.

Virus yang mengakibatkan kerusakan pada sistem pernapasan ini telah merenggut nyawa 1.775 orang hingga hari ini. Sebanyak 1.771 pasien meninggal dilaporkan di China sementara empat lainnya dilaporkan di luar China masing-masing satu di Perancis, Hong Kong, Filipina dan Taiwan.

Para ahli kesehatan dunia menyebut kasus merebaknya virus corona yang saat ini terjadi sebagai mild pandemic. Para ahli kesehatan juga memperkirakan ada tiga skenario akhir dari kasus penyebaran virus corona ini.

Skenario pertama adalah virus ini dapat dikontrol melalui intervensi kesehatan masyarakat seperti pada saat SARS 17 tahun silam. Skenario kedua menyebutkan vaksin atau obat yang melawan virus ini ditemukan sehingga dapat disembuhkan.

Skenario ketiga yang menurut para ahli paling memungkinkan adalah virus ini tak akan pernah hilang, tetapi akan jadi virus flu musiman dan menjadi lebih jinak.
Bagaimanapun juga akibat virus ini perekonomian China menjadi terpukul. Aktivitas produksi menjadi terhambat. Menurut kajian yang dilakukan oleh Morgan Stanley, dampak virus corona berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi China hingga 0,8-1,3 persen poin pada semester pertama 2020.

Kajian lain yang dilakukan oleh Bank Dunia mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dan China terhubung dengan erat. Sehingga kala laju pertumbuhan ekonomi China turun 1 persen poin saja maka berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi tanah air sebesar 0,3 persen poin.

China memang merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Indonesia banyak mengekspor komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara ke China. Sementara itu, China juga menjadi salah satu pemasok terbesar bahan baku industri manufaktur RI serta produk-produk konsumen ke Indonesia.

Dengan adanya wabah virus corona, aktivitas perdagangan Indonesia dengan China jadi terganggu. Dari sisi ekspor, ada kemungkinan permintaan China melambat dan pelabuhan tak beroperasi pada kapasitas penuh. Dari sisi impor, barang-barang China mengalami delay produksi dan pengiriman ke Indonesia.

Tentu hal tersebut bukan kabar yang baik untuk perekonomian Indonesia yang berada dalam tekanan di sepanjang 2019 lalu. Nilai perdagangan Indonesia China pada 2018 saja sudah mencapai 7% dari PDB. Sedangkan aktivitas ekspor-impor sendiri berkontribusi hingga 20% menyusun PDB struktural tanah air.

Hari ini, akan ada rilis data neraca perdagangan untuk bulan Januari. Menurut poling CNBC Indonesia, neraca dagang Indonesia bulan Januari 2020 diramal tekor US$ 152 juta sebagai akibat dari faktor musiman awal tahun dan libur tahun baru imlek.

Sampai sejauh ini, dampak virus corona terhadap perdagangan dengan Indonesia belum bisa dipastikan, mengingat merebaknya virus corona secara signifikan baru terjadi di akhir Januari dan bertepatan dengan perayaan tahun baru imlek.

Namun neraca dagang yang diramal tekor ini juga sudah cukup memberi tekanan pasar saham tanah air. Buktinya IHSG masih melanjutkan pelemahan sampai sekarang. Pada 09.25 WIB, IHSG terkoreksi 0,12% (lebih dalam dari pembukaan) ke level 5.859,59.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular