Risiko Resesi Meninggi, Bursa Saham Asia Tak Bergigi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 February 2020 08:44
Risiko Resesi Meninggi, Bursa Saham Asia Tak Bergigi
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Asia bergerak melemah di perdagangan pagi ini. Risiko resesi yang membesar gara-gara penyebaran virus Corona membuat investor menjaga jarak dengan aset-aset berisiko.

Pada Senin (17/2/2019) pukul 08:21 WIB, indeks Topix di Jepang amblas 1,32% ke 1.680.34. Kemudian Kospi (Korea Selatan) terkoreksi 0,35% menjadi 2.235,74. Straits Times di Singapura melemah 0,3% ke 3.210,46.

Sepertinya kekhawatiran yang diakibatkan virus Corona semakin menjadi-jadi. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia memang bertambah menjadi 71.279. Korban jiwa juga meningkat menjadi 1.773 orang.


Penyebaran virus Corona membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas. Dihantui virus mematikan, masyarakat dan dunia usaha tentu sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar rumah. Akibatnya, roda perekonomian tidak mampu melaju kencang.

Ini terjadi terutama di China, episentrum dari virus Corona. Di China, orang-orang yang baru kembali ke Beijing setelah pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek tidak boleh pergi ke mana-mana.

"Mulai sekarang, semua orang yang kembali dari Beijing harus tetap di rumah atau melapor ke kelompok observasi selama 14 hari setelah kedatangan. Barang siapa yang melanggar akan diberikan sanksi sesuai aturan hukum yang berlaku," sebut pengumuman Beijing Virus Prevention Working Group, sebagaimana diberitakan Reuters.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.


China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga perlambatan di sana akan mempengaruhi seluruh benua. Sejumlah negara pun mulai menunjukkan kecemasan akan perlambatan ekonomi bahkan resesi.

Negara yang sudah dag-dig-dug bakal jatuh ke jurang resesi adalah Singapura. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi. Sebab dampak virus Corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.

"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif.

"Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.


Selain Singapura, Jepang juga mulai menuju ke arah yang sama. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Jepang terkontraksi (tumbuh negatif) 0,38%. Ini adalah laju terlemah sejak kuartal III-2014.

 

"Ada kemungkinan ekonomi akan kembali terkontraksi pada kuartal I-2020. Virus (Corona) akan mempengaruhi sektor pariwisata dan ekspor, yang kemudian memukul konsumsi domestik," kata Taro Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, sebagaimana diwartakan Reuters.

Awan mendung resesi yang semakin tebal membuat investor memilih bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang dilepas sehingga bursa saham Asia dihiasi warna merah.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular