Tiada Cinta Buat Rupiah di Hari Kasih Sayang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2020 08:34
Tiada Cinta Buat Rupiah di Hari Kasih Sayang
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak hanya rupiah, mata uang Asia pun ramai-ramai berjatuhan.

Pada Jumat (14/2/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.680 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,15% di hadapan dolar AS. hari ini, tepat di Hari Kasing Sayang, sepertinya tidak ada cinta dari pelaku pasar terhadap rupiah.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin melemah. Pada pukul 08:16 WIB, US$ dibanderol Rp 13.700 di mana rupiah melemah 0,18%.


Aksi jual tidak cuma melanda rupiah, tetapi mata uang utama Asia lainnya. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08: WIB:


 

Apa boleh buat, pelaku pasar memang sedang bermain aman, tidak ada ruang untuk aset-aset berisiko. Hal ini seiring banyaknya sentimen negatif yang beredar, terutama di negara-negara berkembang.

Pertama dari China, yang masih berkutat memerangi penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:23 WIB, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 64.267 di mana 63.660 terjadi di China. Dari jumlah tersebut 1.489 orang meninggal dunia, hanya tiga yang berada di luar China.


Kemarin, jumlah kasus dan korban jiwa melonjak setelah China mengubah metode perhitungan. Sebelumnya China hanya mengakui kasus virus Corona setelah tes Ribonucleic Acid (RNA) yang hasilnya baru didapat dalam hitungan hari. Sekarang, hasil dari pemindaian Computerized Tomography (CT) yang hasilnya bisa lebih cepat diterima sudah diakui. Ini yang membuat jumlah kasus dan korban jiwa akibat virus Corona membubung tinggi.

"Jumlah korban memang bertambah signifikan, tetapi kami tidak melihat ada perubahan pola penyebaran. Di luar China, tidak ada penyebaran yang dramatis," kata Mike Ryan, Kepala Program Tanggap Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti diberitakan Reuters.


Aktivitas masyarakat yang terganggu akibat penyebaran virus Corona membuat perekonomian China hampir pasti melambat. Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.



"Kami tidak memperkirakan ada pemulihan yang cepat, meski penyebaran virus berkurang bahkan hilang. Setelah serangan Corona, mungkin ekonomi China butuh waktu sekitar empat kuartal untuk bangkit," kata Iris Pang, Ekonom ING, seperti diwartakan Reuters.

Itu baru dari China, ada sentimen negatif kedua yang datang dari Argentina. Belum lama ini, pemerintah Argentina menyebut bakal menunda pembaaran pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) karena situasi dalam negeri yang masih sulit.

Pada kuartal III-2019, ekonomi Argentina mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 1,7%. Bahkan pada kuartal I-2019 kontraksinya sempat mencapai minus 5,8%.

 


Namun pemerintahan baru Argentina yang dipimpin oleh Presiden Alberto Fernandez enggan mengetatkan defisit anggaran. Martin Guzman, Menteri Keuangan Argentina, menilai menurunkan ekspansi fiskal tidak tepat dilakukan ketika krisis karena pemerintah harus memberikan stimulus ke perekonomian.

Oleh karena itu, pemerintah mengusulkan restrukturisasi utang. Ada kemungkinan pemerintah Argentina juga akan menunda pembayaran kupon obligasi kepada investor.

"Ini mungkin membuat investor frustrasi. Namun kami tidak akan membiarkan kebijakan ekonomi didikte oleh dana asing," tegas Guzman, dikutip dari Reuters.

Sejak 2018, situasi Negeri Lionel Messi memang penuh guncangan. Kekeringan, depresiasi mata uang, dan kini terancam gagal bayar (default) obligasi.

Bahkan depresiasi mata uang peso Argentina belum berhenti. Secara year-to-date, peso melemah 2,41% di hadapan greenback.




Sentimen negatif dari Argentina membuat investor bertanya-tanya mengenai prospek perekonomian di negara berkembang lainnya. Ditambah dengan kekhawatiran terhadap virus Corona, arus modal pun menjauh dari aset-aset berisiko sehingga mata uang Asia melemah. Termasuk rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular