
Tiada Cinta Buat Rupiah di Hari Kasih Sayang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2020 08:34

Itu baru dari China, ada sentimen negatif kedua yang datang dari Argentina. Belum lama ini, pemerintah Argentina menyebut bakal menunda pembaaran pinjaman kepada Dana Moneter Internasional (IMF) karena situasi dalam negeri yang masih sulit.
Pada kuartal III-2019, ekonomi Argentina mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 1,7%. Bahkan pada kuartal I-2019 kontraksinya sempat mencapai minus 5,8%.
Â
Namun pemerintahan baru Argentina yang dipimpin oleh Presiden Alberto Fernandez enggan mengetatkan defisit anggaran. Martin Guzman, Menteri Keuangan Argentina, menilai menurunkan ekspansi fiskal tidak tepat dilakukan ketika krisis karena pemerintah harus memberikan stimulus ke perekonomian.
Oleh karena itu, pemerintah mengusulkan restrukturisasi utang. Ada kemungkinan pemerintah Argentina juga akan menunda pembayaran kupon obligasi kepada investor.
"Ini mungkin membuat investor frustrasi. Namun kami tidak akan membiarkan kebijakan ekonomi didikte oleh dana asing," tegas Guzman, dikutip dari Reuters.
Sejak 2018, situasi Negeri Lionel Messi memang penuh guncangan. Kekeringan, depresiasi mata uang, dan kini terancam gagal bayar (default) obligasi.
Bahkan depresiasi mata uang peso Argentina belum berhenti. Secara year-to-date, peso melemah 2,41% di hadapan greenback.
Sentimen negatif dari Argentina membuat investor bertanya-tanya mengenai prospek perekonomian di negara berkembang lainnya. Ditambah dengan kekhawatiran terhadap virus Corona, arus modal pun menjauh dari aset-aset berisiko sehingga mata uang Asia melemah. Termasuk rupiah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pada kuartal III-2019, ekonomi Argentina mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 1,7%. Bahkan pada kuartal I-2019 kontraksinya sempat mencapai minus 5,8%.
Â
Namun pemerintahan baru Argentina yang dipimpin oleh Presiden Alberto Fernandez enggan mengetatkan defisit anggaran. Martin Guzman, Menteri Keuangan Argentina, menilai menurunkan ekspansi fiskal tidak tepat dilakukan ketika krisis karena pemerintah harus memberikan stimulus ke perekonomian.
Oleh karena itu, pemerintah mengusulkan restrukturisasi utang. Ada kemungkinan pemerintah Argentina juga akan menunda pembayaran kupon obligasi kepada investor.
"Ini mungkin membuat investor frustrasi. Namun kami tidak akan membiarkan kebijakan ekonomi didikte oleh dana asing," tegas Guzman, dikutip dari Reuters.
Sejak 2018, situasi Negeri Lionel Messi memang penuh guncangan. Kekeringan, depresiasi mata uang, dan kini terancam gagal bayar (default) obligasi.
Bahkan depresiasi mata uang peso Argentina belum berhenti. Secara year-to-date, peso melemah 2,41% di hadapan greenback.
Sentimen negatif dari Argentina membuat investor bertanya-tanya mengenai prospek perekonomian di negara berkembang lainnya. Ditambah dengan kekhawatiran terhadap virus Corona, arus modal pun menjauh dari aset-aset berisiko sehingga mata uang Asia melemah. Termasuk rupiah.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular