Tiada Cinta Buat Rupiah di Hari Kasih Sayang

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2020 08:34
Corona Masih Jadi Fokus Pasar
Bank Mandiri Bersama Pekerja Migran Indonesia Bagikan Masker di Hong Kong. (Dok: Mandiri)
Apa boleh buat, pelaku pasar memang sedang bermain aman, tidak ada ruang untuk aset-aset berisiko. Hal ini seiring banyaknya sentimen negatif yang beredar, terutama di negara-negara berkembang.

Pertama dari China, yang masih berkutat memerangi penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:23 WIB, jumlah kasus virus Corona di seluruh dunia mencapai 64.267 di mana 63.660 terjadi di China. Dari jumlah tersebut 1.489 orang meninggal dunia, hanya tiga yang berada di luar China.


Kemarin, jumlah kasus dan korban jiwa melonjak setelah China mengubah metode perhitungan. Sebelumnya China hanya mengakui kasus virus Corona setelah tes Ribonucleic Acid (RNA) yang hasilnya baru didapat dalam hitungan hari. Sekarang, hasil dari pemindaian Computerized Tomography (CT) yang hasilnya bisa lebih cepat diterima sudah diakui. Ini yang membuat jumlah kasus dan korban jiwa akibat virus Corona membubung tinggi.

"Jumlah korban memang bertambah signifikan, tetapi kami tidak melihat ada perubahan pola penyebaran. Di luar China, tidak ada penyebaran yang dramatis," kata Mike Ryan, Kepala Program Tanggap Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti diberitakan Reuters.


Aktivitas masyarakat yang terganggu akibat penyebaran virus Corona membuat perekonomian China hampir pasti melambat. Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.



"Kami tidak memperkirakan ada pemulihan yang cepat, meski penyebaran virus berkurang bahkan hilang. Setelah serangan Corona, mungkin ekonomi China butuh waktu sekitar empat kuartal untuk bangkit," kata Iris Pang, Ekonom ING, seperti diwartakan Reuters.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular