
Masuk Holding Farmasi, Saham Indofarma & Kimia Farma Melesat
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
06 February 2020 11:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melesat pada perdagangan hari ini setelah kedua emiten ini resmi bergabung di bawah holding BUMN Farmasi dengan induk usaha PT Bio Farma.
Harga saham INAF melesat 9,7% ke level Rp 709/unit. Demikian pula dengan harga saham KAEF melesat 3,8% ke level Rp 955/saham.
Pembentukan perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor farmasi diharapkan bisa mengurangi harga obat di pasaran yang saat ini dinilai masih tinggi.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), perusahaan induk BUMN Farmasi, Honesti Basyir menegaskan peluang penurunan harga obat sangat mungkin terjadi melalui penggabungan BUMN Farmasi dalam satu payung.
"Ini sangat mungkin kita lakukan. Dengan bergabung kita kolaborasi, sehingga kami yakin masyarakat akan mendapat obat yang lebih terjangkau. Sebesar 3%-5% dari sales akan diarahkan ke RND (Research & Development) akan jadi satu unit RND," kata Honesti, saat konferensi pers pembentukan Holding Farmasi di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
INAF saat ini sedang dalam tahap pengembangan untuk membangun kawasan industri alat kesehatan di Cibitung, Jawa Barat. Bila sudah berjalan, kawasan industri ini dapat menekan komponen impor alat kesehatan (alkes) yang saat ini masih di angka 93%.
Direktur Utama PT Indofarma Tbk (INAF) Arief Pramuhanto menyatakan, saat ini ada dua skema yang disiapkan untuk membangun kawasan industri seluas 4,5 hektare tersebut. Pertama melalui kerja sama operasi (KSO) dengan beberapa prinsipal. Prinsipal ini bisa dari perusahaan dari luar negeri atau domestik dengan investasi proyek berkisar Rp 400 miliar hingga Rp 900 miliar. Kedua, kata Arief adalah melalui skema joint venture.
Namun kata Arief, sebelum masuk ke joint venture, perlu ada kerja sama operasi terlebih dahulu.
"Kita punya brand sebagai BUMN, kemudian marketing kita cukup banyak, dari sisi teknologi terkait diagnostik kita udah punya, kita kontribusi disitu, mereka dari sisi mesin mesin yang lebih high tech," kata Arief di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Arief berharap dengan adanya kawasan industri alkes ini dapat meningkatkan komponen dalam negeri di atas 50% dan bertahap menuju 70%.
"Ini fokusnya mau meningkakan lokal komponen, jadi kita mau mengurangi impor.
Kalau bisa kita berharap paling tdk dengan adanya kawasan industri, lokal komponennya bisa meningkat di atas 50%," kata dia menerangkan.
(hps/hps) Next Article Sempat Naik Ratusan Persen, Saham INAF & KAEF Ambles 6% Lebih
Harga saham INAF melesat 9,7% ke level Rp 709/unit. Demikian pula dengan harga saham KAEF melesat 3,8% ke level Rp 955/saham.
Pembentukan perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor farmasi diharapkan bisa mengurangi harga obat di pasaran yang saat ini dinilai masih tinggi.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), perusahaan induk BUMN Farmasi, Honesti Basyir menegaskan peluang penurunan harga obat sangat mungkin terjadi melalui penggabungan BUMN Farmasi dalam satu payung.
INAF saat ini sedang dalam tahap pengembangan untuk membangun kawasan industri alat kesehatan di Cibitung, Jawa Barat. Bila sudah berjalan, kawasan industri ini dapat menekan komponen impor alat kesehatan (alkes) yang saat ini masih di angka 93%.
Direktur Utama PT Indofarma Tbk (INAF) Arief Pramuhanto menyatakan, saat ini ada dua skema yang disiapkan untuk membangun kawasan industri seluas 4,5 hektare tersebut. Pertama melalui kerja sama operasi (KSO) dengan beberapa prinsipal. Prinsipal ini bisa dari perusahaan dari luar negeri atau domestik dengan investasi proyek berkisar Rp 400 miliar hingga Rp 900 miliar. Kedua, kata Arief adalah melalui skema joint venture.
Namun kata Arief, sebelum masuk ke joint venture, perlu ada kerja sama operasi terlebih dahulu.
"Kita punya brand sebagai BUMN, kemudian marketing kita cukup banyak, dari sisi teknologi terkait diagnostik kita udah punya, kita kontribusi disitu, mereka dari sisi mesin mesin yang lebih high tech," kata Arief di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Arief berharap dengan adanya kawasan industri alkes ini dapat meningkatkan komponen dalam negeri di atas 50% dan bertahap menuju 70%.
"Ini fokusnya mau meningkakan lokal komponen, jadi kita mau mengurangi impor.
Kalau bisa kita berharap paling tdk dengan adanya kawasan industri, lokal komponennya bisa meningkat di atas 50%," kata dia menerangkan.
(hps/hps) Next Article Sempat Naik Ratusan Persen, Saham INAF & KAEF Ambles 6% Lebih
Most Popular