Saham Kimia Farma & Indofarma Diobral Investor & Kena ARB

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
11 December 2020 13:11
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten farmasi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali tertekan pada perdagangan sesi I hari ini. Setelah sempat melesat karena isu vaksin, investor tampaknya melakukan aksi ambil untung (profit taking) atas kedua saham tersebut. 

Berdasarkan data perdagangan hari ini, hampir semua saham dari sektor farmas mengalami koreksi dalam. Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) ambles 6.92% ke alias menyentuh level auto reject bawah (ARB) ke harga Rp 4.170/saham. 

Setali tiga uang, harga saham anak usahanya PT Pharos Tbk (PEHA) juga kena ARB karena drop 6,91% ke level harga Rp 1.820/unit. Kemudian saham PT Indofarma Tbk (INAF) drop 6,83% ke level Rp 4.090/unit. 

Selain itu, saham PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) juga drop 6,19% ke level Rp 1.440/unit dan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) drop 0,68% ke level Rp 1.470/unit. 

Saham-saham sektor farmasi sempat mendapatkan sentimen positif dan menguat puluhan persen saat vaksin Sinovac tiba di Indonesia pada, Minggu (6/12/2020). Pada perdagangan Senin (7/12/2020), saham KAEF melesat 24,79% dan pada perdangang Selasa (8/12/2020) kembali melesat 8,58%. 

Lalu saham INAF pada Senin naik 24,78% dan Selasa naik 11,58%. Namun pada perdagangan hari ini, dua saham farmasi BUMN tersebut terkapar. 

Sejatinya secara fundamental saham INAF dan KAEF sudah tergolong amat sangat mahal sekali. KAEF memiliki PER sebesar 587,91 kali.

Angka ini tentunya jauh lebih tinggi daripada PER rata-rata perusahaan yang melantai di BEI yang hanya berada di angka 10,1 kali, maka bisa dikatakan harga saham KAEF menggunakan valuasi PER 58 kali lipat lebih mahal dibanding dengan harga rata-rata perusahaan yang melantai di BEI.

Bahkan hal yang lebih parah terjadi di saham INAF dimana perseroan belum mampu membukukan keuntungan bersih pada tahun ini sehingga PER-nya minus dan tidak dapat di analisis.

Untuk metode valuasi harga pasar dibanding dengan nilai bukunya alias PBV, kedua perusahaan juga tergolong sangat mahal. Tercatat PBV KAEF berada di angka 4,28 kali sedangkan PBV INAF lebih fantastis mahalnya yakni 32,68 kali lagi-lagi keduanya berada di atas rata-rata perusahaan yang melantai di BEI dengan PBV hanya sebesar 2 kali.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Kas Kimia Farma Naik 300% Jadi Rp2,15 T, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular