Inggris Resmi Cerai dari UE, Produsen Tunggu Kabar Baik CPO

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 February 2020 14:26
Produsen menanti kebijakan Inggris soal CPO RI.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merespons positif terkait kemungkinan Inggris akan menerima minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) asal Indonesia setelah resmi keluar dari Uni Eropa akhir Januari 2020.

Presiden Direktur Astra Agro Lestari, Santosa masih menantikan arah kebijakan Inggris terkait sawit Indonesia setelah diboikot Uni Eropa.

"Kita tunggu dulu secara real-nya nanti seperti apa. Harapannya memang begitu karena dengan resminya Brexit [keluarnya Inggris dari UE] seharusnya tidak lagi terikat oleh kebijakan Uni Eropa," kata Santosa saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (3/2/2020).

Namun, Santosa menilai, selama masa transisi selama 11 bulan, Inggris masih akan mengacu pada kebijakan perdagangan Uni Eropa (UE).


Karena itu, kata dia, saat ini, kebijakan yang akan mengakselesasi permintaan sawit Indonesia adalah mandatori biodisel 30%. Kebijakan ini dinilai mampu menyerap 10 juta ton sawit dan untuk kebutuhan bahan makan sebesar 9-10 juta ton.

"Maka kebutuhan dalam negeri saja sudah hampir 20 juta ton sendiri, sementara, sudah bertahun-tahun impor seluruh UE juga tidak bergeming dari 7 juta ton per tahun," ungkapnya.

Secara terpisah, dalam konferensi pers di Jakarta, Duta Besar Inggris Owen Jenkins sempat mengatakan di masa transisi, kerajaan masih menggunakan aturan Uni Eropa, namun, tak menutup kemungkinan, Inggris menerapkan aturan baru dalam berhubungan dengan mitra-mitranya, khususnya di bidang perdagangan.


Hal itu pun menjadi pertanyaan tentang bagaimana Inggris akan mengatur masalah perdagangan dengan Indonesia. Terutama dalam hal regulasi di sektor sawit.

"Inggris sadar pentingnya industri CPO bagi ekonomi Indonesia. Jadi kami yakin ini industri utama untuk Indonesia dan kami perlu perhatikan dengan baik," kata dia.

Sekadar mengingatkan, konflik antara Indonesia dan UE tentang CPO memuncak Maret 2019 lalu. Saat itu, UE membuat Renewable Energi Directive (RED) II yang mengategorikan minyak kelapa sawit ke dalam komoditas yang memiliki indirect land use change (ILUC) berisiko tinggi.


Akibat dari peraturan tersebut, biodiesel yang berbahan dasar minyak sawit tidak termasuk dalam target energi terbarukan UE. UE menjalankan kebijakan tentang bahan bakar nabati sebagai bentuk komitmen mereka dalam melawan perubahan iklim sesuai yang tertera dalam Perjanjian Paris 2015.

Pada perdagangan awal pekan ini, harga minyak sawit mentah (CPO) bergerak naik setelah terus-terusan digempur berbagai sentimen negatif sejak awal tahun.


Data Refinitiv menunjukkan harga CPO kontrak pengiriman 3 bulan naik 0,92% ke level RM 2.628/ton pada Senin (3/2/2020). Harga CPO terus tertekan sejak awal tahun. Koreksi yang terjadi akhir-akhir ini mencerminkan adanya dua sentimen negatif utama yaitu virus corona dan kabar aksi boikot minyak sawit Malaysia oleh India.


[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Harga CPO Melejit Bawa Harga Saham 8 Emiten Sawit ini Terbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular