
Asabri Kejar MI, Heru Hidayat & Bentjok untuk Pulihkan Aset

Hal tersebut dikemukakan manajemen Asabri, saat menyampaikan paparan di dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi XI DPR kemarin, Rabu (29/1/2020)
"Akan panggil MI yang performa kurang bagus untuk minta pertanggungjawaban sehingga kinerjanya terpacu dan bisa wujudkan kinerja yang baik ke depan," kata Direktur Keuangan dan Investasi Asabri Rony Hanityo Apriyanto di Gedung DPR, Rabu (29/1/2020).
Lalu Asabri juga akan akan meminta pertanggungjawaban kepada dua grup (Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro).
Manajemen Asabri menegaskan bahwa penurunan nilai investasi Asabri terutama karena anjloknya saham dan reksa dana perseroan, terutama dari portofolio saham milik dua grup investor pasar modal yakni Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro (Bentjok).
Kedua pihak, kata Rony, sudah memberikan pernyataan kesanggupan untuk memenuhi tanggung jawab ke Asabri.
Heru adalah Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM), sementara Benny Tjokro atau Bentjok adalah Dirut PT Hanson International Tbk (MYRX). Kedua investor pasar modal ini menjadi dua dari lima tersangka kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Terakhir atas penurunan nilai aset saham sebesar Rp 10,9 triliun, Asabri akan memulihkannya melalui pemenuhan tanggung jawab dari Heru Hidayat sebesar Rp 5,8 triliun dan Benny Tjokro sebesar Rp 5,1 triliun.
Dalam paparan manajemen Asabri di depan Komisi XI kemarin, dipaparkan alasan perusahaan agresif melakukan investasi terutama di instrumen pasar modal guna menutupi adanya negatif underwriting (seleksi risiko) yang dialami perusahaan asuransi milik pensiunan TNI/Polri/Kementerian Pertahanan ini.
"Catatan dari sini, kami laporkan Asabri mulai negatif underwriting, tidak mencukupi sehingga di-cover [ditutupi] dengan investasi, sementara investasi juga kesulitan menutup itu semua," kata Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja, pada kesempatan yang sama.
Bagaimana sebetulnya porsi investasi Asabri selama ini?
Portofolio Investasi Asabri 2019
Instrumen | Rp Miliar | Porsi Investasi (%) |
Deposito | 641 | 7,3 |
Obligasi Non-SBN | 464 | 5,2 |
Obligasi SBN | 2.289 | 25,8 |
Reksa Dana SBN | 858 | 9,6 |
Reksa Dana Non SBN | 3.224 | 36,3 |
(Total Saham) | 1.291 | 14,5 |
Saham BUMN | 187 | 2,1 |
Saham Anak BUMN | 38 | 0,4 |
Saham Non-BUMN | 1.066 | 12 |
DIRE | 121 | 1,3 |
KIK EBA | 27 | 0,3 |
DINFRA | 75 | 0,8 |
Total Dana Investasi | 8.989 |
Sumber: Asabri, DPR
Portofolio Investasi AIP (Akumulasi Iuran Pensiun) Asabri 2019
Instrumen | Rp Miliar | Porsi (%) |
Deposito | 2.023 | 11,86 |
Obligasi SBN | 8.311 | 48,72 |
Obligasi Non SBN | 150 | 0,88 |
Reksa Dana | 4.093 | 24 |
(Total Saham) | 2.479 | 14,53 |
Saham BUMN | 1.329 | 7,79 |
Saham Anak BUMN | 374 | 2,19 |
Saham Non BUMN | 776 | 4,54 |
Total Dana Investasi | 17.057 |
Sumber: Asabri, DPR
Sonny yang juga berpangkat Letnan Jenderal TNI aktif ini menegaskan program pensiun yang dimulai pada 1989 ini kemudian mendapatkan bantuan biaya operasional dari pemerintah sejak 2016. "Sebelumnya, [pemerintah] belum kasih untuk biaya operasional," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Investasi dan Keuangan Asabri Rony Hanityo Apriyanto mengatakan jika dihitung dari premi yang diperoleh dalam 10 tahun terakhir, sebetulnya masih bisa sesuai sehingga tidak ada defisit, malah lebih besar preminya.
Hanya saja perseroan harus melakukan pencadangan beban manfaat polis dalam 3 tahun ke depan. "Karena THT [tabungan hari tua] kewajiban kita di masa depan, present value-kan. Rata-rata hitungan setahunnya Rp 1 triliun, itu internal tapi tahun lalu kita hitung Rp 1 triliun, tapi ada koreksi auditor gak sampe segitu jadi pencadangannya Rp 349 miliar," jelas Rony.
"Kita konservatif berangkat dengan angka yang besar, kalau 2019 diaudit baru ada koreksi," katanya lagi.
Dia menjelaskan investasi Asabri untuk THT itu memang agresif mengingat investasi harus bisa menutupi kekurangan dari beban manfaat polis di masa mendatang. Namun perseroan tetap melakukan analisis yang harus terstruktur dalam investasi tersebut.
"2019 investasinya turun tajam terutama saham dan reksa dana, saham [turun] karena ada 50% [reksa dana saham kami] underlying hampir sama dengan saham yang kita punya," katanya.
"Aset turun Rp 16 triliun tapi masih sifatnya unrealised [potensi turun] itu [kami] sudah buat langkah recovery-nya."
Dia menjelaskan Asabri memiliki dua program utama yakni THT dan program pensiun. Untuk THT, tahun ini diperkirakan klaim lebih besar yakni Rp 100 miliar, tapi masih bisa ditutupi dari hasil investasi dari kupon investasi SBN dan obligasi korporasi (obligasi BUMN karya dan infrastruktur).
"[Kami] dapet kupon [obligasi] Rp 164 miliar, lalu deposito bunganya Rp 30 miliar, jadi sudah ter-cover [THT]. Sampai 3 tahun ke depan untuk kewajiban jangka pendek THT masih aman setidaknya apalagi kalau sudah ada langkah recovery."
Manajemen Asabri juga menegaskan bahwa penurunan nilai investasi Asabri terutama karena anjloknya saham dan reksa dana perseroan, terutama dari portofolio saham milik dua grup investor pasar modal yakni Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro (Bentjok).
Heru adalah Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) yang juga memiliki beberapa saham lain, sementara Benny Tjokro adalah Dirut PT Hanson International Tbk (MYRX) dan pemilik PT Rimo Internasional Tbk (RIMO). Keduanya kini menjadi dua dari lima tersangka kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
"Total aset dari AIP [akumulasi iuran pensiun] 2018 sebesar Rp 26,9 triliun, sedangkan 2019 unaudited menjadi Rp 18,9 triliun. Penurunan [Rp 8 triliun] ini terjadi karena nilai saham dan reksa dana yang menurun khususnya paling besar karena dari dua orang itu [Heru dan Bentjok] karena dari Rp 400-500/saham tinggal 50 perak," kata Sonny.
Akibat penyusutan nilai investasi tersebut, rasio solvabilitas Asabri mengalami tekanana. Butuh dana hingga Rp 7,26 triliun untuk mengembalikan risk base capital (RBC) atau rasio kecukupan modal berbasis risiko perusahaan asuransi, mencapai kondisi ideal sesuai regulasi yakni 120%. Hingga 2019, posisi RBC Asabri tercatat minus 571%.
"RBC 2019 minus 571,1% tapi karena asuransi sosial dan gak jualan, kita gak ada isu sebenarnya, penyehatannya untuk sampai 120% RBC harus tingkatkan aset Rp 7,2 triliun," jelas Rony lebih lanjut.
Rony menjelaskan, investasi Asabri pada kuartal VI 2019 turun drastis. Ia mencontohkan, ada saham yang turun dari harga sahamnya Rp 500/unit bisa jadi Rp 50/saham. "Tapi bedanya kita dengan tetangga sebelah [perusahaan asuransi lain yang gagal bayar], [kami] ada pertanggungjawaban," kata Rony.
Di hadapan anggota DPR, Rony menyampaikan sebenarnya, kalau dari pendapatan dari premi dan pembayaran klaim selama 10 tahun terakhir masih matching atau tidak ada defisit
Namun, lanjut Rony, Asabri harus ada pencadangan beban pemanfaatan polis di masa depan. "Karena THT [tabungan hari tua] kewajiban kita di masa depan di present value-kan. Rata rata hitungan setahunnya Rp 1 triliun, itu internal tapi tahun lalu kita hitung Rp 1 triliun tapi ada koreksi auditor gak sampai segitu jadi pencadangannya Rp 349 miliar," jelas Rony.
Jika beban klaim bertambah, lanjut Rony, penambahan cadangan harus dibikin pos dan tidak perhitungan uang keluar ada akturia.
"Maksudnya negara underwriting [seleksi risiko] beban lebih besar dari premi tapi beban ada cadangannya, bukan yang dikeluarkan," jelas Rony.
(hps/hps) Next Article Apa Hubungan Bentjok dengan Heru Hidayat di Kasus Asabri?