Setahun, Aset Lancar Asabri Tergerus 38%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
29 January 2020 16:46
Nilai aset lancar PT Asabri (Persero) dalam waktu satu tahun, dari akhir 2018 hingga akhir 2019, mengalami penurunan signifikan.
Foto: Kantor Pelayanan ASABRI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai aset lancar PT Asabri (Persero) dalam waktu satu tahun, dari akhir 2018 hingga akhir 2019, mengalami penurunan signifikan yang mencapai 38,08%. Penurunan ini mayoritas disebabkan karena tergerusnya jumlah aset keuangan dari nilai wajar investasi saham yang dipegang perusahaan.

Dalam Rapat Dengar Pendapat Asabri di Komisi XI DPR, Rabu ini (29/1/2020), manajemen Asabri mengungkapkan jumlah total aset lancar tersebut turun drastis menjadi Rp 21,99 triliun dari tahun 2018 yang mencapai Rp 35,52 triliun.

Adapun nilai aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi saham, nilainya turun drastis dari posisi akhir 2018 yang mencapai Rp 5,9 triliun turun menjadi Rp 1,29 triliun di akhir periode Desember tahun lalu.

Waduh! Setahun, Aset Asabri Tergerus 38%Foto: Lapkeu Asabri belum diaudit 2019


Jumah kas dan bank (giro) juga turun dari jumlah Rp 116 miliar menjadi senilai Rp 81 miliar di akhir 2019.

Nilai lain yang turun adalah jumlah akumulasi iuran pensiun yang turun menjadi Rp 18,95 triliun dari sebelumnya Rp 26,93 triliun dan aset lancar lainnya yang berkurang menjadi Rp 1,40 triliun dari Rp 2,32 triliun.


Adapun perusahaan ini mengakui pihaknya saat ini mengalami negatif underwriting (seleksi risiko) yang membuat perusahaan tak bisa membayarkan seluruh kewajiban kepada anggotanya. Dengan kondisi ini Asabri menjadi lebih agresif melakukan investasi terutama di instrumen pasar modal.

"Catatan dari sini, kami laporkan Asabri mulai negatif underwriting, tidak mencukupi sehingga di-cover [ditutupi] dengan investasi, sementara investasi juga kesulitan menutup itu semua," kata Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja, Rabu (29/1/2020).

Selain itu, Asabri juga membutuhkan dana hingga Rp 7,26 triliun untuk mengembalikan risk base capital (RBC) atau rasio kecukupan modal berbasis risiko perusahaan asuransi, mencapai kondisi ideal sesuai regulasi yakni 120%. Hingga 2019, posisi RBC Asabri tercatat minus 571%.


"RBC 2019 minus 571,1% tapi karena asuransi sosial dan gak jualan, kita gak ada isu sebenarnya, penyehatannya untuk sampai 120% RBC harus tingkatkan aset Rp 7,2 triliun," kata Direktur Keuangan dan Investasi Asabri Rony Hanityo Apriyanto, dalam kesempatan yang sama.

Rony menjelaskan, investasi Asabri pada kuartal VI 2019 turun drastis. Ia mencontohkan, ada saham yang turun dari harga sahamnya Rp 500/unit bisa jadi Rp 50/saham. "Tapi bedanya kita dengan tetangga sebelah [perusahaan asuransi lain yang gagal bayar], [kami] ada pertanggungjawaban," kata Rony. 

Di hadapan anggota DPR, Rony menyampaikan sebenarnya, kalau dari pendapatan dari premi dan pembayaran klaim selama 10 tahun terakhir masih matching atau tidak ada defisit


Namun, lanjut Rony, Asabri harus ada pencadangan beban pemanfaatan polis di masa depan. "Karena THT [tabungan hari tua] kewajiban kita di masa depan di present value-kan. Rata rata hitungan setahunnya Rp 1 triliun, itu internal tapi tahun lalu kita hitung Rp 1 triliun tapi ada koreksi auditor gak sampai segitu jadi pencadangannya Rp 349 miliar," jelas Rony.

Jika beban klaim bertambah, lanjut Rony, penambahan cadangan harus dibikin pos dan tidak perhitungan uang keluar ada akturia.

"Maksudnya negara underwriting [seleksi risiko] beban lebih besar dari premi tapi beban ada cadangannya, bukan yang dikeluarkan," jelas Rony.

(tas/tas) Next Article Tekor di Saham & Reksa Dana, Begini Porsi Investasi Asabri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular