
Luhut: Harga Gasifikasi PTBA Bisa Sentuh US$ 6
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
29 January 2020 21:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyambut positif gasifikasi yang digeber PT Bukit Asam (PTBA).
Luhut sudah meminta keterangan dari direksi PTBA mengenai rencana tersebut. Luhut mengatakan, kalori batubara PTBA mencapai 3.800 kcal/kg sehingga cukup relevan untuk menghasilkan gas. Dari hasil gasifikasi tersebut juga bisa dihasilkan sejumlah produk turunannya.
"Jadi investasi mungkin dekat di US$ 3 miliar. Sekarang sudah pada proses tahap ke-2," kata Luhut di kantornya, Rabu (29/1/20).
Luhut juga tak lupa mempertimbangkan harga gas hasil gasifikasi batubara PTBA. Berdasarkan perhitungan, angka yang tersaji masih sesuai dengan harapan pemerintah.
"Harga gasnya bisa keluar di US$ 6. Saya kira cukup dengan pemerintah," bebernya.
Sebelumnya, PTBA memastikan akan memilih Tanjung Enim sebagai lokasi proyek gasifikasi. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan terkait rencana pembangunan proyek gasifikasi pihaknya sudah melakukan joint venture agreement di Amerika Serikat tahun lalu dan studi kelayakan juga sudah selesai November 2019.
Berdasarkan studi tersebut dari dua lokasi antara Peranap di Indragiri Hulu, Riau dan Tanjung Enim Muara Enim, Sumatra Selatan, hasilnya lebih layak proyek dibangun di Tanjung Enim dengan pertimbangan dukungan infrastruktur dan lainnya. Selain itu dari segi belanja modal (capex) di Tanjung Enim juga lebih efisien.
"Dari hasil studi kita putuskan di Tanjung Enim," ungkapnya di Jakarta, Senin, (23/12/2019).
Untuk menggantikan gasifikasi di Peranab PTBA akan meneruskan proyek PLTU 1 Riau yang sebelumnya digarap PLN. Proyek hilirisasi lain yang akan dikembangkan yakni PLTU Sumsel 8 yang diproyeksikan selesai pada tahun 2021.
"Rencana PLTU Riau 1 yang semula digarap PLN, kini PTBA diberi kesempatan kembangkan di sana, saya sudah berkirim surat ke PLN mudah-mudahan ada tangapan baik," harapnya.
Ia mengatakan terkait gasifikasi ada beberapa hal kunci, salah satunya teknologi. Soal teknologi menurutnya sudah teruji, karena di beberapa lokasi China sudah menghasilkan beberapa produk mulai dari gas, sampai dibuat produk yang lebih hilir lagi, bahkan avtur pun dibuat dari batu bara.
Tahap awal dari proyek gasifikasi ini akan diproses produk hilir dari gas menjadi methanol, dimethyl ether (DME), amonia, dan pupuk.
Selama ini, pemanfaatan batu bara hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang berdampak polusi di level downstream. Namun setelah diolah menjadi gas diharapkan akan lebih rendah emisi, yang artinya lebih ramah lingkungan.
"Kita juga meningkatkan nilai tambah, kalau batu bara nilainya 1, setelah menjadi matanol jadi 7-8 kali, DME 6-9 kali, petrochemical di atas 10 kali," ungkapnya.
(gus) Next Article Jokowi Minta Proyek Gasifikasi, Ini Jawaban PTBA
Luhut sudah meminta keterangan dari direksi PTBA mengenai rencana tersebut. Luhut mengatakan, kalori batubara PTBA mencapai 3.800 kcal/kg sehingga cukup relevan untuk menghasilkan gas. Dari hasil gasifikasi tersebut juga bisa dihasilkan sejumlah produk turunannya.
"Jadi investasi mungkin dekat di US$ 3 miliar. Sekarang sudah pada proses tahap ke-2," kata Luhut di kantornya, Rabu (29/1/20).
"Harga gasnya bisa keluar di US$ 6. Saya kira cukup dengan pemerintah," bebernya.
Sebelumnya, PTBA memastikan akan memilih Tanjung Enim sebagai lokasi proyek gasifikasi. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk, Arviyan Arifin mengatakan terkait rencana pembangunan proyek gasifikasi pihaknya sudah melakukan joint venture agreement di Amerika Serikat tahun lalu dan studi kelayakan juga sudah selesai November 2019.
Berdasarkan studi tersebut dari dua lokasi antara Peranap di Indragiri Hulu, Riau dan Tanjung Enim Muara Enim, Sumatra Selatan, hasilnya lebih layak proyek dibangun di Tanjung Enim dengan pertimbangan dukungan infrastruktur dan lainnya. Selain itu dari segi belanja modal (capex) di Tanjung Enim juga lebih efisien.
"Dari hasil studi kita putuskan di Tanjung Enim," ungkapnya di Jakarta, Senin, (23/12/2019).
Untuk menggantikan gasifikasi di Peranab PTBA akan meneruskan proyek PLTU 1 Riau yang sebelumnya digarap PLN. Proyek hilirisasi lain yang akan dikembangkan yakni PLTU Sumsel 8 yang diproyeksikan selesai pada tahun 2021.
"Rencana PLTU Riau 1 yang semula digarap PLN, kini PTBA diberi kesempatan kembangkan di sana, saya sudah berkirim surat ke PLN mudah-mudahan ada tangapan baik," harapnya.
Ia mengatakan terkait gasifikasi ada beberapa hal kunci, salah satunya teknologi. Soal teknologi menurutnya sudah teruji, karena di beberapa lokasi China sudah menghasilkan beberapa produk mulai dari gas, sampai dibuat produk yang lebih hilir lagi, bahkan avtur pun dibuat dari batu bara.
Tahap awal dari proyek gasifikasi ini akan diproses produk hilir dari gas menjadi methanol, dimethyl ether (DME), amonia, dan pupuk.
Selama ini, pemanfaatan batu bara hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang berdampak polusi di level downstream. Namun setelah diolah menjadi gas diharapkan akan lebih rendah emisi, yang artinya lebih ramah lingkungan.
"Kita juga meningkatkan nilai tambah, kalau batu bara nilainya 1, setelah menjadi matanol jadi 7-8 kali, DME 6-9 kali, petrochemical di atas 10 kali," ungkapnya.
(gus) Next Article Jokowi Minta Proyek Gasifikasi, Ini Jawaban PTBA
Most Popular