Jokowi Minta Proyek Gasifikasi, Ini Jawaban PTBA

Monica Wareza, CNBC Indonesia
28 October 2019 14:47
Hal ini sejalan dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar industri segera menekan impor LPG yang semakin membengkak.
Foto: Doc.PTBA
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyebutkan akan segera melakukan pembangunan dua proyek gasifikasi batu bara pada 2022 atau 2023 mendatang. Hal ini sejalan dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar industri segera menekan impor LPG yang semakin membengkak.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan kedua proyek gasifikasi miliknya saat ini masih dalam tahap feasibility study (FS) lanjutan. FS potensi bisnis untuk gasifikasi di Peranap dan bankable FS dan pembahasan lahan untuk gasifikasi di Tanjung Enim.

"Harapan Bapak Presiden dua kali dalam pidato, 16 Agustus di hadapan MPR dan DPR harus ada gasifikasi batubara. Kita harapkan dua hingga empat tahun ke depan. Diharapkan 2022-2023 gasifikasi harapan kita semua bisa kita luncurkan," kata Arviyan di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (28/10/2019).

Lebih lanjut, kedua proyek gasifikasi ini ditargetkan akan mulai melakukan comercial operation date (COD) pada 2025 mendatang.

Proyek gasifikasi pertama yang dilunncurkan oleh Bukit Asam adalah pabrik coal to urea-DME-polypropelen di muliut tambang Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang nilai pembangunannya mencapai US$ 3,1 miliar. Pabrik ini diperkirakan akan mengkonsumsi 8,1 juta ton batu bara per tahun.

Melalui teknologi gasifikasi ini, batu bara akan diubang menjadi syngas sebagai feedstock untuk pruksi urea dengan kapasitas 570 ribu per tahun dan polypropelene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun. Perusahaan pelat merah ini bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) untuk membangunnya.

Proyek selanjutnya merupakan proyek gasifikasi coal to syngas, yakni mengkonversi batu bara kalori rendah menjadi dimethyl ether (DME). DME ini akan digunakan sebagai sunstitusi LPG. Daya serap bati bara untuk proyek ini diperkirakan akan mencapai 8,7 juta ton per tahun.

Namun demikian, meski proyek ini sudah dipastikan akan dibangun di mulut tambang milik Bukit Asam di Peranap, Riau, Arviyan mengakui bahwa proyek gasifikasi ini kemungkinan akan dipindahkan ke Tanjung Enim.

Diakuinya, minimnya infrastruktur pendukung di sekitar tambang Peranap ini menjadi alasan utama pemindahan proyek tersebut.

"Akan dipindahkan dari Peranap ke Enim, belum ada keputusan, tapi sudah ada kajian. Sedang difinalisasi, supaya ada dasar kelayakan sendiri. Di Peranap kalau memang investasinya dengan masalah infrastruktur yang tidak mendukung," katanya.

Perlu diketahui, untuk proyek gasifikasi ini Bukit Asam sudah menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Product untuk mendirikan jpint venture company. Total investasi pembangunan proyek ini diperkirakan akan mencapai US$ 2,7 miliar.
(hps/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular