Revenge! Setelah Anjlok 10%, Hari Ini Harga CPO Melesat 5,9%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 January 2020 11:23
Revenge! Setelah Anjlok 10%, Hari Ini Harga CPO Melesat 5,9%
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah kemarin ditutup anjlok lebih dari 10%, hari ini harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat tajam. Anjloknya harga minyak sawit ditengarai karena merebaknya virus corona di China dan pelemahan permintaan dari India.

Rabu (29/1/2020) harga CPO kontrak pengiriman April 2020 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange berada di posisi RM 2.728. Harga CPO melesat tajam hingga 5,9% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Harga CPO ditutup RM 2.575 pada perdagangan Selasa (28/1/2020).

Harga ambles 10% dalam sehari. Faktor yang mempengaruhi harga CPO ada dua hal. Pertama adalah wabah virus corona yang menyerang China. Virus corona baru penyebab pneumonia ini ditemukan awal tahun ini di Wuhan, China bagian tengah.

Dalam waktu kurang dari sebulan wabah ini telah menjangkiti kurang lebih 16 negara di dunia. Berdasarkan update teranyar data ArcGis oleh John Hopkins CSSE kasus virus corona sudah mencapai lebih dari 5.500 orang terjangkit dan 131 orang dinyatakan meninggal dunia.

Virus ini menyerang China menjelang libur akhir tahun baru China atau yang lebih dikenal dengan imlek. Libur tahun baru imlek biasanya berlangsung panjang hingga satu minggu di China. Momen ini biasanya dimanfaatkan warga untuk berkumpul dengan sanak saudara layaknya mudik di hari raya lebaran di Indonesia.

Namun karena banyak orang yang terserang virus ini, fasilitas transportasi di belasan kota di China ditutup agar virus ini tak meluas ke mana-mana. Libur tahun baru yang biasanya membuat pasar sepi ditambah dengan kejadian ini membuat pasar jadi khawatir permintaan terhadap minyak sawit ikut melemah.

Pasalnya China sebagai negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia merupakan salah satu konsumen terbesar berbagai komoditas. Jadi wajar saja kalau harga-harga komoditas anjlok, karena ekonomi China dikhawatirkan ikut terkena dampak dari meluasnya virus ini.

Faktor lain yang juga membuat harga CPO anjlok adalah kisruh antara India dan Malaysia. Kisruh ini bermula saat Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad mengkritik sikap India yang dinilai menginvasi Jammu dan Kashmir Oktober lalu.

India semakin geram dibuat Malaysia setelah untuk kedua kalinya Mahathir melayangkan kritis pedas atas undang undang kewarganegaraan India yang baru. Undang-undang tersebut dinilai sebagai bentuk sikap anti-Islam.

Tak terima dengan hal tersebut, India ambil langkah boikot terhadap produk sawit Malaysia. Pemerintah India memang tak secara terang-terangan mengatakan melakukan aksi boikot ini. Namun sejak Oktober tahun lalu pembelian minyak sawit Malaysia oleh India mengalami penurunan yang signifikan.

[Gambas:Video CNBC]



Awal tahun ini, tepatnya pada 8 Januari 2020 India resmi mengumumkan pembatasan impor minyak sawit olahan. Namun di saat yang sama beberapa pelaku industri mengatakan bahwa secara informal pemerintah India meminta mereka untuk tak membeli minyak sawit dari Malaysia sebagai salah satu bentuk sanksi yang dikenakan.

Walau digempur oleh berbagai sentimen negatif, harga CPO masih kuat balik karena dua sentimen utama. Pertama adalah penurunan output yang diperkirakan terjadi pada kuartal pertama tahun ini.

Menurut poling yang dihimpun Reuters, produksi minyak sawit dari Indonesia pada 2020 hanya naik 0,55% dibanding pada 2019. Output pada 2020 diperkirakan mencapai 45,75 juta ton, sedikit lebih tinggi dari tahun 2019 yang mencapai 45,5 juta ton. Angka pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding peningkatan output yang mencapai 5% dibanding 2018.

Sementara output minyak sawit Malaysia pada 2020 diperkirakan hanya naik 0,35% menjadi 19,93 juta ton dari tahun sebelumnya 19,86 juta ton. Pada 2018 output minyak sawit Malaysia mencapai 19,5 juta ton. Artinya pada 2019 produksi naik 1,85%.

Lambatnya pertumbuhan output ini hanya dapat mencukupi untuk ekspor dan tak mampu meningkatkan stok, melansir Reuters. Harga menjadi terdongkrak karena pasar domestik pada 2020 akan menguat akibat kebijakan program biodiesel.

Sebagai catatan Indonesia menargetkan pembuatan B30 mencapai 10 juta kilo liter atau setara dengan 8,7 juta ton pada 2020. Sementara Malaysia menargetkan produksi B20 mencapai 1,7 juta ton -2 juta ton minyak sawit.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular