Mantap Bu Sri Mulyani, Yield Obligasi RI Terendah Sejak 2018!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 January 2020 09:48
Mantap Bu Sri Mulyani, Yield Obligasi RI Terendah Sejak 2018!
Foto: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah bergerak naik sepanjang pekan ini. Kenaikan harga dicerminkan oleh penurunan imbal hasil (yield).

Pekan ini, yield obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun berkurang 10,6 basis poin (bps). Pada penutupan perdagangan akhir pekan, yield instrumen itu berada di titik terendah sejak April 2018.




Sepertinya investor semakin yakin untuk memegang Surat Berharga Negara (SBN) karena gagal bayar atau default nyaris tidak mungkin terjadi. Risiko gagal bayar biasanya dicerminkan melalui instrumen Credit Default Swap (CDS).

Akhir pekan lalu, CDS Indonesia tenor lima tahun berada di 60,55 bps (basis poin) sementara yang 10 tahun adalah 124,25 bps. Ini adalah yang terendah setidaknya sejak 2008. Wow.

CDS Indonesia Tenor 5 dan 10 Tahun (Refinitiv)



[Gambas:Video CNBC]



Pekan ini, ada sentimen positif yang membuat risk appetite pasar meningkat. Amerika Serikat (AS) dan China resmi meneken perjanjian damai dagang Fase I pada 15 Januari di Gedung Putih.

Bahkan sudah ada pembicaraan mengenai perjanjian damai dagang Fase II. Presiden AS Donald Trump akan bertandang ke Beijing dalam waktu dekat untuk membahas kesepakatan tersebut.

Trump berjanji segala bea masuk yang dikenakan selama masa perang dagang bakal dihapus begitu AS-China menyepakati perjanjian Fase II. Ketika kesepakatan ini tercapai, maka AS-China akan mencapai damai dagang yang hakiki. Perang dagang resmi berakhir.

"Saya menyerahkan kepada mereka (China), karena ketika (perjanjian Fase II) selesai maka kami tidak punya sesuatu untuk dinegosiasikan lagi. (Bea masuk) akan dihapus saat kami menyelesaikan (perjanjian) Fase II," ungkap Trump, seperti diberitakan Reuters.


Dengan hubungan Washington-Beijing yang mesra belakangan ini (semoga tetap begitu), pelaku pasar boleh berharap kesepakatan damai dagang Fase II bisa tercapai tanpa hambatan berarti. Begitu ini terjadi, maka tidak ada lagi hambatan di rantai pasok global. Arus perdagangan dan investasi akan bersemi kembali, sehingga pertumbuhan ekonomi dunia akan pulih setelah nyaris lumpuh akibat perang dagang selama hampir dua tahun terakhir.

Akibatnya, tidak ada halangan lagi bagi investor untuk bermain agresif. Tidak ada lagi bermain aman, aset-aset berisiko di negara berkembang pun jadi buruan. Termasuk SBN.


Pekan ini, pemerintah menjual obligasi di pasar global dan domestik. Keduanya membuahkan hasil yang manis.

Pada Selasa, pemerintah menjual obligasi valas berdenominasi dolar AS dan euro masing-masing US$ 2 miliar dan EUR 1 miliar. Untuk yang dolar AS, ada dua seri yang diterbitkan yaitu tenor 10 tahun (US$ 1,2 miliar) dan 30 tahun (US$ 800 juta).

Hasil Lelang Obligasi Valas (Kementerian Keuangan)

"Transaksi SUN (Surat Utang Negara) dalam mata uang dolar AS ini mencapai yield dan spread terendah sepanjang sejarah penerbitan USD Bonds, untuk SUN dengan tenor 10 tahun. Untuk SUN tenor 30 tahun pada penerbitan ini pun memiliki yield dan spread yang lebih rendah dibandingkan dengan SUN bertenor sama yang diterbitkan pada  Oktober 2019 lalu, yang mencapai rekor yield dan spread terendah. Sementara itu, final price untuk tranche 10 dan 30 tahun lebih rendah dibanding initial price guidance di kisaran 3,125% dan 3,75%, masing-masing 24,5 bps dan 20 bps lebih ketat," sebut keterangan resmi Kementerian Keuangan.

Kemudian pada hari yang sama, pemerintah juga melelang SBN syariah. Dari penawaran yang masuk sebesar Rp 59,14 triliun, pemerintah mengambil Rp 7 triliun atau sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan sebelumnya.

Tingginya minat investor terhadap SBN membuat harga SBN terangkat. Yield pun semakin rendah.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular