
Inflasi Inggris Merosot, Poundsterling Terseret Turun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 January 2020 17:36

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar poundsterling berbalik melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan sesi Eropa Rabu (15/1/2020) setelah rilis data inflasi Inggris.
Pada pukul 16:56 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1.2991, melemah 0,2% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum rilis data inflasi, poundsterling masih menguat 0,19%.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan inflasi Inggris di bulan Desember tumbuh sebesar 1,3% secara year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Kenaikan harga-harga di bulan Desember tersebut juga merupakan yang terendah sejak November 2016.
Inflasi Inggris berada dalam tren menurun sejak November 2017, saat itu inflasi tumbuh 3,1%. Setelahnya inflasi terus menurun hingga jauh ke bawah target bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sebesar 2%.
Turunnya inflasi tersebut semakin memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga di Inggris di tahun ini.
Tanda-tanda suku bunga akan dipangkas menguat setelah Gubernur BoE, Mark Carney, berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi pada pekan lalu mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.
Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney dikabarkan menyebut akan ada "respon cepat" BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus. Pernyataan Carney itu menjadi sinyal bahwa BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian.
Setelah pernyataan Carney tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara itu, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.
Sinyal dari Carney tersebut dikuatkan oleh kolega-koleganya. Silvana Tenreyro, salah satu anggota pembuat kebijakan BoE pada Jumat (10/1/2020) lalu mengatakan ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatan.
Lalu pada Minggu (12/1/2020), Gertjan Vlieghe, yang juga merupakan anggota pembuat kebijakan moneter BoE menyatakan akan memilih memangkas suku bunga dalam rapat kebijakan moneter bulan ini. Sebagaimana dilansir Reuters, Vlieghe mengatakan akan mengubah keputusannya jika data ekonomi Inggris menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Data inflasi yang merupakan salah satu indikator penting perekonomian bukannya menunjukkan kenaikan malah terus mengalami penurunan. Sehingga peluang suku bunga dipangkas semakin menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Pada pukul 16:56 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1.2991, melemah 0,2% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum rilis data inflasi, poundsterling masih menguat 0,19%.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan inflasi Inggris di bulan Desember tumbuh sebesar 1,3% secara year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Kenaikan harga-harga di bulan Desember tersebut juga merupakan yang terendah sejak November 2016.
Inflasi Inggris berada dalam tren menurun sejak November 2017, saat itu inflasi tumbuh 3,1%. Setelahnya inflasi terus menurun hingga jauh ke bawah target bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sebesar 2%.
Turunnya inflasi tersebut semakin memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga di Inggris di tahun ini.
Tanda-tanda suku bunga akan dipangkas menguat setelah Gubernur BoE, Mark Carney, berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi pada pekan lalu mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.
Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney dikabarkan menyebut akan ada "respon cepat" BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus. Pernyataan Carney itu menjadi sinyal bahwa BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian.
Setelah pernyataan Carney tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara itu, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.
Sinyal dari Carney tersebut dikuatkan oleh kolega-koleganya. Silvana Tenreyro, salah satu anggota pembuat kebijakan BoE pada Jumat (10/1/2020) lalu mengatakan ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatan.
Lalu pada Minggu (12/1/2020), Gertjan Vlieghe, yang juga merupakan anggota pembuat kebijakan moneter BoE menyatakan akan memilih memangkas suku bunga dalam rapat kebijakan moneter bulan ini. Sebagaimana dilansir Reuters, Vlieghe mengatakan akan mengubah keputusannya jika data ekonomi Inggris menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Data inflasi yang merupakan salah satu indikator penting perekonomian bukannya menunjukkan kenaikan malah terus mengalami penurunan. Sehingga peluang suku bunga dipangkas semakin menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/tas) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular