Internasional

Merananya Boeing, 2020 Masih Penuh Turbulensi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 January 2020 15:09
Merananya Boeing, 2020 Masih Penuh Turbulensi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesawat Boeing 737 MAX telah dilarang terbang (grounded) dalam setahun terakhir setelah terlibat dalam dua kecelakaan fatal yang menewaskan sekitar tiga ratusan orang. Kejadian ini mengguncang dunia penerbangan.

Banyak yang memperkirakan pesawat buatan maskapai Amerika Serikat (AS) itu akan diperbolehkan kembali mengudara tahun ini. Namun, lembaga konsultan AS IBA mengatakan, meski pesawat itu akan diperbolehkan terbang lagi tahun ini, dunia penerbangan masih akan bergejolak.


Salah satu sebabnya karena saat larangan terbang berakhir, pesawat Boeing bakal membanjiri pasar. Lembaga itu memastikan sekitar 800 pesawat Boeing yang saat ini dilarang terbang akan ke luar kandang.

"Selama periode dua tahun Anda akan menerima pengiriman (800 pesawat 737 MAX) sepanjang tahun," kata CEO AS IBA, Stuart Hatcher, sebagaimana dilansir dari Reuters, Rabu (15/1/2020).

"Pasar belum pernah melihat itu sebelumnya."


Hal ini diprediksi bisa memicu turbulensi pasar. Sehingga berujung pada penurunan harga pesawat berbadan sempit (narrow body) serta membebani ongkos akibat melimpahnya pesawat.

Selain itu, sejak MAX dilarang terbang, berbagai maskapai pelanggan Boeing telah membeli atau menyewa pesawat pengganti. Perpanjangan sewa yang dilakukan membuat nilai kontrak dan harga pesawat Boeing dan Airbus single-aisle naik.

Sehingga, saat larangan terbang berakhir, berbagai maskapai dan penyewa (lessor) akan menghadapi efek 'ledakan' dari kembalinya MAX dalam dunia penerbangan. Hal ini akan diperparah oleh ketidakpastian mengenai waktu sertifikasi ulang pesawat oleh Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS.

Lebih lanjut, IBA memperingatkan bahwa penguatan nilai dolar juga akan semakin menekan banyak operator penerbangan, terutama di Asia Tenggara dan negara lainnya seperti Turki dan Argentina.

Sebelumnya bulan lalu, Global airlines memperingatkan bahwa laba industri tahun 2019 akan merosot lebih cepat dari yang diperkirakan. Kenaikannya pada tahun 2020 akan tergantung pada 'gencatan senjata' dalam perang dagang.

Hatcher juga memperingatkan bahwa meningkatnya tekanan pada lessor dapat menyebabkan konsolidasi.

"Dinamika tajam dalam harga pesawat ini, dan apa yang menurut IBA adalah pertumbuhan yang tidak berkelanjutan dalam sewa pesawat, akan menyebabkan trauma di pasar penyewaan pesawat yang penuh sesak."

[Gambas:Video CNBC]




Selain memberi tekanan pada dunia penerbangan, larangan terbang ini juga telah merugikan Boeing. Pada Rabu (15/1/2020) ini, Malaysia Airlines mengatakan pihaknya telah menangguhkan pengiriman 25 pesawat Boeing 737 MAX.

Penangguhan dilakukan karena larangan terbang pesawat itu berlangsung lebih lama dari yang sebelumnya diperkirakan.

"Mengingat penghentian produksi dan keterlambatan 737-MAX untuk kembali ke layanan, Malaysia Airlines telah menangguhkan pengiriman pesanannya," kata maskapai itu dalam email sebagaimana ditulis Reuters.

Malaysia Airlines sebelumnya dijadwalkan menerima pengiriman 737 MAX pertamanya pada Juli 2020. Tetapi tahun lalu chief executive perusahaan mengatakan MAX baru akan bisa mengudara lewat jadwal itu.

Akibat larangan terbang, Boeing juga telah mencatatkan penjualan tahunan terburuk dalam beberapa dekade. Dalam laporan yang dirilis Selasa, Boeing juga diketahui mencatatkan jumlah pengiriman pesawat terendah dalam 11 tahun, kalah dari saingan utamanya, Airbus.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular