
AS-Iran Panas, Jadi Pemompa Kenaikan Harga CPO
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 January 2020 15:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) kontrak di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik. Saat ini pasar tengah menyoroti tingginya tensi hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Iran.
Selasa (7/1/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan diperdagangkan lebih tinggi 26 ringgit atau naik 0,85% ke level RM 3.068. Setelah mencetak rekor level tertinggi pada akhir tahun, harga cenderung melorot. Apalagi setelah tersiar kabar pimpinan militer tertinggi Qassem Soleimani tewas terbunuh dalam serangan udara AS.
Serangan yang diluncurkan oleh AS itu ternyata atas arahan oleh Presiden AS Donald Trump. Begitu menurut keterangan resmi Pentagon. Aksi tersebut dilakukan Trump dengan dalih untuk melindungi personil militer AS yang ada di Irak.
Jelas aksi tersebut mendapat kecaman keras dari Iran. Iran mengutuk tindakan tersebut dan menyatakan tak akan tinggal diam. Iran akan membalas. Saat ini yang ditakutkan pasar adalah konflik ini tereskalasi dan menyebabkan terjadinya perang.
Saat perang terjadi yang dikhawatirkan adalah jalur lalu lintas pengiriman berbagai komoditas menjadi rawan dan berbahaya. Imbasnya biaya pengiriman menjadi lebih mahal, mengingat importir terbesar minyak sawit adalah India dan Pakistan yang secara geografis berdekatan dengan Iran dan Irak.
"Jika perang terjadi antara AS dan Iran, maka jalur pengiriman minyak sawit akan terganggu dan harga pengiriman menjadi naik." Kata Paramalingam Supramaliam direktur broker komoditas yang berbasis di Selangor, Pelindung Bestari Sdn Bhd.
Faktor lain yang juga turut serta menekan harga komoditas ini adalah otoritas Bursa Malaysia Derivatif (BMD) menaikkan margin rate untuk melakukan trading kontrak futures CPO dari RM 4.000 menjadi RM 4.500.
Namun isu penurunan output yang menjadi risiko dari sisi suplai cukup membuat harga CPO kokoh berada di atas.
Menurut survei yang dilakukan Reuters, persediaan, produksi dan ekspor CPO pada Desember mengalami penurunan. Dari sisi persediaan, stok Malaysia diperkirakan turun 8,51% dari November menjadi 2,06 juta ton.
Persediaan yang turun juga dibarengi dengan penurunan ekspor. Ekspor produk minyak sawit Malaysia diperkirakan turun 5,88% menjadi 1,32 juta ton pada Desember 2019.
Produksi minyak sawit Malaysia juga diramal turun lebih tajam dari penurunan ekspor. Produksi bulan Desember diperkirakan anjlok 12,99% menjadi 1,34 juta ton.
Penurunan output ini dipicu oleh kekeringan yang melanda Asia Tenggara dan rendahnya penggunaan pupuk oleh petani karena harga yang sempat tertekan
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Awal 2020, Harga CPO Naik Meski Tak Bisa Banyak
Selasa (7/1/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan diperdagangkan lebih tinggi 26 ringgit atau naik 0,85% ke level RM 3.068. Setelah mencetak rekor level tertinggi pada akhir tahun, harga cenderung melorot. Apalagi setelah tersiar kabar pimpinan militer tertinggi Qassem Soleimani tewas terbunuh dalam serangan udara AS.
Serangan yang diluncurkan oleh AS itu ternyata atas arahan oleh Presiden AS Donald Trump. Begitu menurut keterangan resmi Pentagon. Aksi tersebut dilakukan Trump dengan dalih untuk melindungi personil militer AS yang ada di Irak.
Jelas aksi tersebut mendapat kecaman keras dari Iran. Iran mengutuk tindakan tersebut dan menyatakan tak akan tinggal diam. Iran akan membalas. Saat ini yang ditakutkan pasar adalah konflik ini tereskalasi dan menyebabkan terjadinya perang.
"Jika perang terjadi antara AS dan Iran, maka jalur pengiriman minyak sawit akan terganggu dan harga pengiriman menjadi naik." Kata Paramalingam Supramaliam direktur broker komoditas yang berbasis di Selangor, Pelindung Bestari Sdn Bhd.
Faktor lain yang juga turut serta menekan harga komoditas ini adalah otoritas Bursa Malaysia Derivatif (BMD) menaikkan margin rate untuk melakukan trading kontrak futures CPO dari RM 4.000 menjadi RM 4.500.
Namun isu penurunan output yang menjadi risiko dari sisi suplai cukup membuat harga CPO kokoh berada di atas.
Menurut survei yang dilakukan Reuters, persediaan, produksi dan ekspor CPO pada Desember mengalami penurunan. Dari sisi persediaan, stok Malaysia diperkirakan turun 8,51% dari November menjadi 2,06 juta ton.
Persediaan yang turun juga dibarengi dengan penurunan ekspor. Ekspor produk minyak sawit Malaysia diperkirakan turun 5,88% menjadi 1,32 juta ton pada Desember 2019.
Produksi minyak sawit Malaysia juga diramal turun lebih tajam dari penurunan ekspor. Produksi bulan Desember diperkirakan anjlok 12,99% menjadi 1,34 juta ton.
Penurunan output ini dipicu oleh kekeringan yang melanda Asia Tenggara dan rendahnya penggunaan pupuk oleh petani karena harga yang sempat tertekan
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Awal 2020, Harga CPO Naik Meski Tak Bisa Banyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular