
Digempur Sana-sini, Harga CPO Masih Tinggi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 January 2020 11:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) ditransaksikan menguat pada perdagangan pagi ini. Berbagai sentimen menggempur, harga CPO tetap tinggi.
Kamis (9/1/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif berada di level RM 3.093, naik 1,7% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin.
Pola pergerakan harga beberapa hari ini menunjukkan harga sempat menguat di perdagangan pagi, tetapi harga melemah dan ditutup di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Sejak 6 Januari hingga kemarin, harga CPO kontrak ditutup di level RM 3.041 - RM 3.042 per tonnya. Artinya harga cenderung ditutup flat. Harga penutupan yang flat mengindikasikan harga yang sudah tinggi dan berpotensi mengalami konsolidasi, apalagi banyak sentimen yang menggempur harga CPO.
Pertama, ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran akhir-akhir ini telah memicu kecemasan bahwa jalur pengiriman minyak sawit akan terganggu sehingga menyebabkan biaya untuk jasa kargo menjadi lebih mahal.
Kedua adalah harga CPO yang sudah tinggi itu sendiri. Harga CPO melesat tajam sejak pertengahan Oktober. Hingga hari ini reli tak terbendung tersebut menunjukkan harga CPO telah naik 43,4%.
Ketiga adalah kabar terbaru dari India yang melarang impor minyak sawit olahan. Beredar kabar bahwa pemerintah India secara informal meminta pelaku industri untuk tak membeli minyak sawit Malaysia.
Reuters, melaporkan bahwa menteri perdagangan dan perindustrian India baru-baru ini telah mengeluarkan pengumuman yang mengubah status impor minyak sawit olahan dari "free" menjadi "restricted".
Upaya itu dilakukan untuk melarang impor minyak sawit olahan dan hanya bisa mengimpor CPO saja. Langkah ini juga dilakukan untuk memberi hukuman kepada Malaysia atas kritik yang dilancarkan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad, terhadap India.
Pada Oktober 2019, PM Malaysia tersebut melontarkan kritik keras kepada India soal konflik yang terjadi di Kashmir, wilayah yang dihuni mayoritas muslim yang juga diklaim oleh Pakistan. Mahathir mengatakan India telah "menginvasi dan menduduki" Kashmir.
Tak sampai di situ, bulan lalu Mahathir kembali melontarkan pernyataan yang pedas yang membuat India makin geram dibuatnya.
"Mohon maaf saya melihat India yang mengklaim sebagai negara sekuler ternyata sekarang sedang mengambil tindakan untuk menghilangkan status kewarganegaraan penduduk muslimnya." Begitu kata Mahathir di acara Kuala Lumpur Summit 2019 akhir Desember lalu, melansir India Today.
Ketiga sentimen tersebut merupakan pemberat bagi harga CPO. Namun harga komoditas ini masih tetap tinggi walau digempur sana-sini. Isu penurunan output yang dapat mengganggu pasokan di tengah penguatnya pasar domestik masih membuat harga CPO tinggi.
Indonesia telah mengimplementasikan program biodiesel B30. Artinya minyak diesel terdiri dari dua komponen, 70% minyak diesel biasa dan 30% berasal dari minyak sawit. Sementara Negeri Jiran baru akan memulai program B20 nanti di akhir Februari. Mengutip Reuters program B20 ini akan menyerap lebih dari 500.000 ton minyak sawit.Â
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/tas) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Kamis (9/1/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif berada di level RM 3.093, naik 1,7% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin.
Pola pergerakan harga beberapa hari ini menunjukkan harga sempat menguat di perdagangan pagi, tetapi harga melemah dan ditutup di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Sejak 6 Januari hingga kemarin, harga CPO kontrak ditutup di level RM 3.041 - RM 3.042 per tonnya. Artinya harga cenderung ditutup flat. Harga penutupan yang flat mengindikasikan harga yang sudah tinggi dan berpotensi mengalami konsolidasi, apalagi banyak sentimen yang menggempur harga CPO.
Pertama, ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran akhir-akhir ini telah memicu kecemasan bahwa jalur pengiriman minyak sawit akan terganggu sehingga menyebabkan biaya untuk jasa kargo menjadi lebih mahal.
Kedua adalah harga CPO yang sudah tinggi itu sendiri. Harga CPO melesat tajam sejak pertengahan Oktober. Hingga hari ini reli tak terbendung tersebut menunjukkan harga CPO telah naik 43,4%.
Ketiga adalah kabar terbaru dari India yang melarang impor minyak sawit olahan. Beredar kabar bahwa pemerintah India secara informal meminta pelaku industri untuk tak membeli minyak sawit Malaysia.
Reuters, melaporkan bahwa menteri perdagangan dan perindustrian India baru-baru ini telah mengeluarkan pengumuman yang mengubah status impor minyak sawit olahan dari "free" menjadi "restricted".
Upaya itu dilakukan untuk melarang impor minyak sawit olahan dan hanya bisa mengimpor CPO saja. Langkah ini juga dilakukan untuk memberi hukuman kepada Malaysia atas kritik yang dilancarkan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad, terhadap India.
Pada Oktober 2019, PM Malaysia tersebut melontarkan kritik keras kepada India soal konflik yang terjadi di Kashmir, wilayah yang dihuni mayoritas muslim yang juga diklaim oleh Pakistan. Mahathir mengatakan India telah "menginvasi dan menduduki" Kashmir.
Tak sampai di situ, bulan lalu Mahathir kembali melontarkan pernyataan yang pedas yang membuat India makin geram dibuatnya.
"Mohon maaf saya melihat India yang mengklaim sebagai negara sekuler ternyata sekarang sedang mengambil tindakan untuk menghilangkan status kewarganegaraan penduduk muslimnya." Begitu kata Mahathir di acara Kuala Lumpur Summit 2019 akhir Desember lalu, melansir India Today.
![]() |
Ketiga sentimen tersebut merupakan pemberat bagi harga CPO. Namun harga komoditas ini masih tetap tinggi walau digempur sana-sini. Isu penurunan output yang dapat mengganggu pasokan di tengah penguatnya pasar domestik masih membuat harga CPO tinggi.
Indonesia telah mengimplementasikan program biodiesel B30. Artinya minyak diesel terdiri dari dua komponen, 70% minyak diesel biasa dan 30% berasal dari minyak sawit. Sementara Negeri Jiran baru akan memulai program B20 nanti di akhir Februari. Mengutip Reuters program B20 ini akan menyerap lebih dari 500.000 ton minyak sawit.Â
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/tas) Next Article Ada Kabar Buruk dari Malaysia, CPO Berpotensi Tertekan Besok
Most Popular