Analisis

Dekat Level Tertinggi 7 Tahun, Emas Rentan Koreksi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 January 2020 13:26
Dekat Level Tertinggi 7 Tahun, Emas Rentan Koreksi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melesat naik pada perdagangan Senin (6/1/2020) hingga mendekati level tertinggi tujuh tahun. Tetapi sayangnya, penguatan tersebut harus terpangkas menjelang penutupan perdagangan Senin, dan pada hari ini Selasa (7/1/2020) emas justru berbalik melemah.

Pada Senin kemarin, emas sempat melesat lebih dari 2% ke US$ 1582,59/troy ons, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2013. Seiring berjalannya waktu, penguatan tersebut terpangkas hingga tersisa 0,93% dan mengakhiri perdagangan awal pekan di level US$ 1.565,85/troy ons.

Jika dilihat dalam tiga hari perdagangan di tahun ini, emas sudah mencatat kenaikan lebih dari 3%. Dan jika dilihat lebih ke belakang lagi, atau sejak 23 Desember, ketika tren kenaikan dimulai, emas sudah melesat nyaris 6%.

Dengan kenaikan tajam dalam waktu singkat tersebut, tentunya emas rentang diterpa aksi ambil untung (profit taking) jika tidak ada lagi sentiment yang mendukung untuk kenaikan harga emas. Kenaikan tinggi bisa memicu koreksi yang dalam. 



Kenaikan harga emas di awal tahun ini dipicu oleh risiko terjadinya perang antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran yang membuat permintaan emas sebagai aset aman (safe haven meningkat).

Sepanjang akhir pekan lalu, pelaku pasar dibuat cemas dengan kemungkinan meletusnya perang antara AS dengan Iran. Pada Jumat (3/1/2019) AS membunuh Jenderal Quds Force, pasukan elite Iran, Qassim Soleimani lewat serang pesawat tanpa awak di Bandara Baghdad.

Jenderal Soleimani adalah sosok paling penting nomor dua di Iran dan dikenal sebagai tokoh revolusioner Iran. Soleimani yang berusia 62 tahun itu juga dikenal sebagai pemimpin Garda Revolusi Iran, memikul tanggung jawab atas operasi rahasia Iran di luar negeri. Sejumlah analis bahkan menilai Soleimani memiliki pengaruh diplomatik yang lebih besar ketimbang Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif.

Zarif mengutuk keras tindakan AS, dan menyatakan bahwa Iran tidak takut untuk membalas AS. "AS bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan jahatnya," tegasnya melalui akun Twitter sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (3/1/2019).

Sementara pada Sabtu (4/1/2020) waktu Washington, Presiden AS Donald Trump, melalui akun Twitter-nya memperingatkan Iran untuk tidak melakukan balasan atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.



Namun, hingga hari ini Iran yang belum "balas dendam" membuat pelaku pasar lebih tenang, sentimen sedikit membaik, dan kembali masuk ke aset berisiko yang berimbal hasil tinggi.

"Risiko konflik memang meningkat. Namun pada kenyataannya, mungkin hanya akan sebatas pertempuran-pertempuran kecil yang sporadis. Risiko konflik yang sangat panas rasanya kecil karena Iran mungkin tidak akan melakukan respons yang membuat situasi tereskalasi signifikan," papar Tom Porcelli, Kepala Ekonom Wilayah AS di RBC Capital Markets, dikutip dari Reuters.

[Gambas:Video CNBC]


Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang berbalik menguat pada perdagangan Senin kemarin, yang berdampak pada terpangkasnya penguatan emas.

Kenaikan Wal Street juga diikuti dengan penguatan bursa saham Asia, dampaknya emas menjadi tertekan. Pada pukul 12:13 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.559,78/troy ons, melemah 0,39% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Jika bursa saham global terus menguat pada hari ini, emas berisiko terkoreksi semakin dalam.

Sesuai dengan analisis teknikal Senin kemarin, momentum penguatan emas akan lebih besar jika mampu mengakhiri perdagangan di atas level US$ 1.569/troy ons. Sayangnya emas justru berakhir di bawah level tersebut dan koreksi pun terjadi. Target koreksi ke US$ 1.558/troy ons juga sudah tercapai pada hari ini. 


Emas Dekati Level Tinggi 7 Tahun, Awas Kalo Jatuh Pasti Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik di wilayah positif, begitu juga histogramnya. Indikator ini menunjukkan emas mendapatkan momentum penguatan.

Emas Dekati Level Tinggi 7 Tahun, Awas Kalo Jatuh Pasti Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8, di kisaran MA 21, dan di atas MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).

Area US$ 1.569/troy ons, kini menjadi resisten (tahanan atas) terdekat, selama tertahan di bawah area tersebut, logam mulia berisiko terus menurun. 
Di sisi bawah, US$ 1.558/troy ons menjadi support (tahanan bawah) terdekat, jika kembali ditembus, emas berisiko merosot ke US$ 1.551/troy ons. 
Peluang emas kembali melesat naik baru akan terbuka jika mampu melewati US$ 1.569/troy ons, dengan target ke US$ 1.580/troy ons. 


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular