Gerak Emas Tertahan, tapi Masih di Level Tertinggi 6 Tahun

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 January 2020 09:59
Setelah naik dan mencapai level tertinggi enam tahun, harga emas melorot. Namun harga masih di level tinggi karena hawa panas AS-Iran
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas ditransaksikan melemah pagi ini setelah kemarin berhasil mencapai level tertingginya dalam enam tahun terakhir. Bagaimanapun juga harga emas masih berada di rentang level tertingginya karena hawa panas Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Selasa (7/1/2020), harga emas di pasar spot mengalami penurunan pada perdagangan pagi sebesar 0,52% dibanding harga penutupan kemarin. Logam mulia ini dihargai US$ 1.557,64/troy ons.

Harga emas kembali melesat setelah kabar kematian orang nomor dua Iran yaitu Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara yang diluncurkan AS. Qassem Soleimani merupakan pimpinan militer dari Quds Force, unit angkatan bersenjata bagian dari Revolutionary Guard.

Berdasarkan keterangan resmi Pentagon. Serangan tersebut atas arahan dari Presiden AS Donald Trump. Di era pemerintahan Trump, Revolutionary Guard memang dicap sebagai organisasi teroris dan untuk pertama kalinya label teroris disematkan pada organisasi militer resmi sebuah negara.

Iran tak akan tinggal diam dan berencana membalas perbuatan AS tersebut. Namun hingga saat ini belum jelas apa langkah balasan Iran selanjutnya. Parlemen Irak bahkan meminta AS untuk menarik pasukannya dari Irak. Setelah itu beredar surat dari militer AS yang memberi informasi pada Irak bahwa pasukan AS tengah melakukan reposisi untuk meninggalkan Irak.

Namun hal itu segera di bantah oleh Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Senin kemarin (6/1/2020). "Belum ada keputusan apa pun untuk meninggalkan Irak" kata Esper melansir Reuters.

"Saya tidak tahu surat itu... Kami sedang mencari tahu dari mana surat itu berasal dan apa isinya. Sementara itu belum ada keputusan yang dibuat terkait masalah meninggalkan Irak" tambahnya.

Pada Senin depan, Wakil Presiden AS Mike Pence dikabarkan akan menyampaikan pidatonya terkait sikap AS terhadap Iran. Hal tersebut dikabarkan oleh pejabat Gedung Putih.

Konflik masih mungkin terus bergulir. Tak ada yang dapat meramalkan kapan kisruh ini akan selesai dan bagaimana akhirnya. Pasar hanya menunjukkan nada kekhawatiran tiap harinya. Investor banyak memburu emas karena minim risiko (safe haven) sehingga membuat harganya melesat kembali.

Bank Investasi Goldman Sachs kemarin juga mempertahankan ramalannya untuk harga emas periode tiga, enam hingga dua belas bulan di level US$ 1.600/troy ons dengan mempertimbangkan tensi geopolitik yang masih panas.

Ruang bagi emas untuk melesat lebih tinggi memang ada. Baru-baru ini risalah rapat bank sentral AS, The Fed dirilis. Risalah tersebut menunjukkan bahwa beberapa pejabat The Fed khawatir pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut dapat membawa dampak negatif bagi perekonomian AS.

"Beberapa anggota mengungkapkan kekhawatirannya bahwa menetapkan tingkat suku bunga acuan di level yang rendah dalam periode yang panjang dapat mendorong perilaku pengambilan risiko yang berlebihan (excessive risk-taking), yang pada akhirnya dapat memperparah ketidakseimbangan di sektor keuangan," tulis risalah tersebut, seperti dilansir dari CNBC International.

Namun ada kemungkinan juga The Fed tak menaikkan suku bunga acuannya karena inflasi masih terjaga dan sektor tenaga kerja masih baik. Walau ekonomi AS mengalami perlambatan, bank sentral AS The Fed masih melihat fundamental ekonomi Paman Sam yang masih kokoh. Kabar ini tentu menjadi kabar positif untuk harga emas.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article AS-China Cuma Berbalas Pantun, Harga Emas Ogah Gerak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular