
AS-Iran Tegang, Goldman: Emas Lebih Baik dari Minyak
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
07 January 2020 07:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah meningkatnya ketegangan AS-Iran, emas mungkin memiliki nilai lebih kuat dibandingkan minyak. Hal ini setidaknya ditegaskan ahli strategi komoditas Goldman Sachs.
Sebagaimana dikutip dari CNBC International, harga minyak maupun emas keduanya memang kini bergerak naik. Apalagi setelah serangan udara AS yang menewaskan pemimpin militer Iran, Qasem Soleimani.
Meskipun demikian, momentum kenaikan harga minyak terutama Brent yang sangat tergantung kondisi Timur Tengah mungkin akan sedikit tertahan. Goldman memperkirakan butuh 'gangguan' yang signifikan guna mempertahankan harga minyak di kisaran US$ 69 per barel.
"Skenario potensial sangat besar, (bisa saja) mencakup pasokan minyak atau bahkan peniadaan permintaan minyak, yang akan mempengaruhi terhadap harga minyak," kata Kepala Riset Komoditas Global Jeffrey Currie, seperti dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (07/01/2020).
Ini berbeda dengan harga emas. "Sebaliknya, sejarah menunjukkan bahwa di bawah sebagian besar hasil, emas kemungkinan akan reli jauh melampaui level saat ini," tegasnya.
Sebelumya, kekhawatiran dunia pada aset minyak Iran karena ketegangan dengan AS, menyebabkan harga minyak naik ke level tertinggi. Bahkan melebihi harga saat serangan terhadap dua fasilitas produksi Arab Saudi September 2019 lalu.
Brent Crude sempat diperdagangkan naik 1,25% pada US$ 69,47, selama perdagangan sore di Eropa pada Senin (6/1/2020). Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 1,1% menjadi US$ 63,75.
Selama satu bulan terakhir emas telah reli sebesar US$ 100 mencapai US$ 1.550 per troy ounce (toz).
"Eskalasi tambahan dalam ketegangan AS-Iran dapat semakin meningkatkan harga emas. Secara keseluruhan, kami tetap dengan perkiraan tiga, enam dan 12 bulan kami yaitu US$ 1.600 / toz tetapi kita akan melihat risiko berbalik jika ketegangan geopolitik memburuk," kata lembaga itu.
(sef/sef) Next Article Teluk Panas: Iran Diserang Misil, AS Tambah Pasukan di Saudi
Sebagaimana dikutip dari CNBC International, harga minyak maupun emas keduanya memang kini bergerak naik. Apalagi setelah serangan udara AS yang menewaskan pemimpin militer Iran, Qasem Soleimani.
Meskipun demikian, momentum kenaikan harga minyak terutama Brent yang sangat tergantung kondisi Timur Tengah mungkin akan sedikit tertahan. Goldman memperkirakan butuh 'gangguan' yang signifikan guna mempertahankan harga minyak di kisaran US$ 69 per barel.
"Skenario potensial sangat besar, (bisa saja) mencakup pasokan minyak atau bahkan peniadaan permintaan minyak, yang akan mempengaruhi terhadap harga minyak," kata Kepala Riset Komoditas Global Jeffrey Currie, seperti dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (07/01/2020).
Sebelumya, kekhawatiran dunia pada aset minyak Iran karena ketegangan dengan AS, menyebabkan harga minyak naik ke level tertinggi. Bahkan melebihi harga saat serangan terhadap dua fasilitas produksi Arab Saudi September 2019 lalu.
Brent Crude sempat diperdagangkan naik 1,25% pada US$ 69,47, selama perdagangan sore di Eropa pada Senin (6/1/2020). Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 1,1% menjadi US$ 63,75.
Selama satu bulan terakhir emas telah reli sebesar US$ 100 mencapai US$ 1.550 per troy ounce (toz).
"Eskalasi tambahan dalam ketegangan AS-Iran dapat semakin meningkatkan harga emas. Secara keseluruhan, kami tetap dengan perkiraan tiga, enam dan 12 bulan kami yaitu US$ 1.600 / toz tetapi kita akan melihat risiko berbalik jika ketegangan geopolitik memburuk," kata lembaga itu.
(sef/sef) Next Article Teluk Panas: Iran Diserang Misil, AS Tambah Pasukan di Saudi
Most Popular