Fokus Investor

Saham Gorengan Disikat, OJK Dukung Proses Hukum Jiwasraya

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 January 2020 08:57
Sayangnya IHSG justru ditutup dengan koreksi sebesar 0,25% ke level 6.283,58.
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di tahun 2020 pada Kamis kemarin (2/1/2020). Sayangnya IHSG justru ditutup dengan koreksi sebesar 0,25% ke level 6.283,58.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 1,15%, indeks Hang Seng menguat 1,14%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,9%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan pada perdagangan kemarin.

Sebelum memulai perdagangan hari ini, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Jumat (3/01/2020):

1.Jokowi Tegas: Bersihkan & Hentikan Goreng Saham di Bursa!
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini. Jokowi sempat mengingatkan jangan sampai banyak aktivitas menggoreng saham dan lebih mengedepankan perlindungan investor.

"Jangan sampai (harga saham) Rp 100 digoreng Rp 1000, digoreng-goreng jadi 4 ribu. Ini menyangkut kepercayaan yang dibangun. Kerugian gak boleh ada lagi. Berikan perlindungan. Transaksi keuangan ditindak tegas. Udah," tegas Jokowi di gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/1/2020).

Jokowi menambahkan, agar menciptakan transaksi yang benar-benar transparan, terpercaya dan valid. Menurut Jokowi itu penting dilakukan untuk meraih kepercayaan luar dalam negeri.

"Kita harus bangun, harus bangun ekosistem yang baik. 2020 saya harapkan bisa jadi momentum untuk canangkan tahun pembersihan pasar modal dari manipulator. Yang sering memanipulasi yang ga bener dipoles-poles jadi bener. Yang 100 dipoles-poles jadi 4.000. Hati-hati. Bersihkan dan hentikan ini!"

2. Lepas 25% Saham, Pemilik Lama Bank Artos Kantongi Rp 132 M
Pemilik lama PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) yakni Arto Hardy, mengantongi dana segar Rp 132,40 miliar setelah menjual kepemilikan 24,50% atau 295.531.250 saham Bank Artos kepada pemegang saham pengendali baru.

Dalam pernyataannya lewat surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) 2 Januari 2020, Yovita Fifiningsih Ario yang menjadi penerima kuasa dari Arto Hardy mengungkapkan bahwa si pemberi kuasa (Arto Hardy) menjual 24,50% saham di harga Rp 448/saham pada 30 Desember 2019 dalam rangka divestasi.

Arto Hardy adalah pemilik lama Bank Arto. Dalam surat itu disebutkan, Arto Hardy lahir di Hokkian, 14 September 1934 dan beralamat di Pasteur, Sukajadi, Bandung.

Adapun Yovita adalah salah satu Direktur Bank Artos sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan pada 15 November 2019. Usai RUPSLB, terjadi perubahan susunan direksi dan komisaris termasuk pencopotan jabatan Yovita. Adapun komut perusahaan diganti dari Willliam Arto Hardy menjadi Jerry Ng.

Dalam pemberitaan sebelumnya, pada 26 Desember 2019, Bank Artos resmi diakuisisi oleh bankir senior Jerry Ng dan pengusaha Patrick Walujo.

3.Utang Jiwasraya ke BNI Rp 218 M, Sudah Lunas Belum?
Bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menyatakan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sudah melunasi utang sebesar Rp 218 miliar yang diperoleh pada September 2018 sehingga rekening fasilitas kredit atas nama Jiwasraya ditutup pada 31 Desember 2019.

"Per tanggal 31 Desember 2019, Jiwasraya tidak lagi memiliki fasilitas kredit di BNI," kata Sekretaris Perusahaan BNI Meiliana, dalam keterbukaan informasi di BEI, Kamis (2/1/2020).

Dia menjelaskan, pada bulan September 2018, BNI memberikan fasilitas kredit kepada Jiwasraya untuk keperluan operasional perusahaan.

Fasilitas kredit tersebut secara perlahan sudah diselesaikan dari hasil penjualan jaminan berupa obligasi sehingga pada 31 Desember 2019 fasilitas kredit atas nama Jiwasraya sudah dilunasi dan rekening telah ditutup.

Dalam keterbukaan informasi BNI, sebelumnya pada 26 Desember 2019, manajemen BNI juga menjelaskan perkara kredit Jiwasraya ini.

4. Harga Dipecah, Saham Unilever Mulai Diburu Investor
Emiten konsumer yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) telah melaksanakan pemecahan nominal saham atau stock split dengan rasio 1:5 pada perdagangan hari pertama tahun 2020 ini.

Pihak Bursa Efek Indonesia pada Senin (30/12/2019) mengumumkan bahwa perdagangan saham UNVR dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan tunai berlaku mulai hari Kamis (2/1/2020).

Sejak perdagangan saham di bursa mulai diperdagangkan, saham Unilever tercatat menggunakan harga terbarunya di Rp 8.400/unit sahamnya, lima kali lebih rendah jika dibandingkan penutupan harga pada hari terakhirnya sebelum dipecah yakni pada Rp 42.000/saham.

Pada penutupan bursa sesi I saham Unilever diperdagangkan dengan kenaikan 150 poin atau menguat 1,79% ke level Rp 8.550/saham.

Sepanjang tahun 2019 ini saham Unilever mencatatkan kinerja negatif dengan penurunan 7,49%. Kinerja tersebut sebenarnya lebih baik dibandingkan sektor konsumer yang anjlok 20,11%.

5. OJK Dukung Proses Hukum Kasus Korupsi Jiwasraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendukung penuh proses hukum yang dilakukan Kejaksaan Agung dalam pengusutan kasus dugaan korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Selain memeriksa komisioner, Kejagung juga telah melakukan pemeriksaan kepada manajer investasi yang diduga terkait dengan masalah tersebut.

"Enggak ada masalah. Itu silakan proses hukum. Kita ikutin aja," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso selepas meresmikan pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2020 di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (2/1/2020).

Sebelumnya, Kejagung melakukan pemeriksaan kepada dua komisioner OJK. Mereka adalah Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Hoesen dan Kepala Eksekutif Pengawas Idustri Keuangan Non Bank Riswinandi. Pemeriksaan dilakukan di gedung Kejagung, pada Senin (30/12/2019) lalu.

6. Bikin PLTU Suralaya, Barito Akuisisi Lahan Rp 1,13 T
Emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), melalui entitas anaknya, PT Indo Raya Tenaga (IRT), melakukan akuisisi lahan seluas total 62 hektare di Kelurahan Lebak Gede, Cilegon, Banten, dengan penilaian wajar nilai akuisisi mencapai Rp 1,13 triliun.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BRPT mengungkapkan lahan tersebut akan dipergunakan IRT untuk pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 (Suralaya) sehingga diperlukan lahan yang cukup luas dan lokasi yang memenuhi kriteria tertentu. Lahan tersebut akan dibeli dari PT Barito Wahana Lestari (BWT).

"Pada tanggal 27 Desember 2019, BWL (selaku penjual) dan IRT (selaku pembeli) telah menandatangani PPJB Lunas. BWL telah setuju untuk menjual kepada IRT, beberapa bidang tanah yang seluruhnya berlokasi di Kecamatan Pulo Merak, Lebak Gede, Kota Cilegon, Provinsi Banten, dengan total luas keseluruhan sebesar 62 Ha," tulis manajemen BRPT, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (2/1/2020).

"Obyek Transaksi Afiliasi adalah Tanah milik BWL. Tanah tersebut akan dipergunakan oleh IRT sebagai bagian dari lokasi pembangunan PLTU Jawa 9 & 10."

Transaksi ini merupakan transaksi afiliasi karena ada hubungan antara Barito, BWL dan IRT. Selain dari susunan pemegang saham yang sama, transaksi disebut transaksi afiliasi karena kesamaan pengurus perusahaan.
(hps/hps) Next Article Simak 6 Kabar yang Sita Perhatian Pelaku Pasar Pekan Lalu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular