
Dana Investor Asing Mengalir Deras, Tahun Ini NPI Surplus?

Di sepanjang tahun 2019 (hingga penutupan perdagangan hari Jumat, 27/12/2019), rupiah menguat 2,99% di pasar spot, dari Rp 14.375/dolar AS menjadi Rp 13.945/dolar AS.
Sejatinya, transaksi berjalan Indonesia tak bisa dikatakan menunjukkan perbaikan di tahun 2019.
Pada kuartal I-2019, BI mencatat CAD berada di level 2,51% dari PDB, jauh lebih dalam ketimbang CAD pada kuartal I-2018 yang berada di level 1,94% dari PDB. Kemudian pada kuartal II-2019, CAD membengkak menjadi 2,93% dari PDB. Pada kuartal III-2019, CAD membaik menjadi 2,66% dari PDB. CAD pada kuartal III-2019 juga lebih baik dari yang sebelumnya 3,22% pada kuartal III-2018.
Jika dilihat secara nominal, CAD pada tiga kuartal pertama tahun 2018 adalah senilai US$ 21,3 miliar, sementara di tiga kuartal pertama tahun 2019 nilainya membengkak menjadi US$ 22,5 miliar.
Jadi, perbaikan kinerja rupiah di sepanjang tahun ini tak bisa diatribusikan kepada perbaikan CAD, karena pada kenyataannya CAD justru bertambah parah.
Derasnya aliran modal investor asing yang masuk ke pasar saham dan pasar obligasi Indonesia menjadi faktor yang membuat rupiah perkasa di tahun 2019. Mengutip data yang dipublikasikan RTI, di sepanjang tahun 2019 (hingga penutupan perdagangan hari Jumat) investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 48,3 triliun di pasar saham tanah air.
Aksi beli investor asing tersebut banyak didominasi oleh transaksi di pasar negosiasi, seiring dengan aksi akuisisi dengan nilai jumbo yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing terhadap perusahaan-perusahaan terbuka di Tanah Air.
Pada awal tahun ini, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) selaku bank terbesar kedua di Jepang merampungkan akuisisi atas saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), yakni dengan mengambil alih 3,33 miliar unit saham BTPN atau setara dengan 56,92% dari total saham BTPN. Nilai dari transaksi yang dieksekusi di pasar negosiasi ini mencapai Rp 14,28 triliun dan kemudian tercatat sebagai beli bersih investor asing di pasar saham Indonesia.
Lebih jumbo lagi, pada April 2019 ada akuisisi PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Bank Nasional Parahyangan Tbk (BBNP) oleh Mitsubishi UFJ Financial Group selaku bank terbesar di Jepang yang nilainya mencapai lebih dari Rp 52 triliun. Transaksi tersebut kembali dieksekusi di pasar negosiasi dan dicatat sebagai beli bersih investor asing di pasar saham Indonesia.
Beralih ke pasar obligasi, melansir data yang dipublikasikan oleh Direktoral Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, di sepanjang tahun 2019 (hingga perdagangan hari Kamis, 26/12/2019) investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 171,59 triliun atas obligasi terbitan pemerintah Indonesia.
Seiring dengan derasnya aliran modal investor asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia, transaksi finansial pun membukukan surplus. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, transaksi finansial membukukan surplus senilai US$ 24,16 miliar. Capaian tersebut jauh lebih baik ketimbang surplus transaksi finansial pada sembilan bulan pertama tahun 2018 yang hanya mencapai US$ 9,24 miliar.
Seiring dengan besarnya surplus transaksi finansial, NPI pada sembilan bulan pertama tahun 2019 mencetak surplus senilai US$ 397 juta, berbanding terbalik dengan posisi pada sembilan bulan pertama tahun 2018 kala NPI mencetak defisit senilai US$ 12,55 miliar.
