
Kredit Perbankan Loyo, Bos OJK: Ekonomi Kita Masih Mending
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
26 December 2019 09:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga akhir Oktober 2019 penyaluran kredit perbankan hanya naik sebesar 6,53% year on year (YoY). Tingkat pertumbuhan ini jelas-jelas jauh dari target yang dipatok OJK sebelumnya di kisaran 9%-11% YoY.
Adapun Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini hanya tumbuh 8%.
Pertumbuhan perbankan yang 'loyo' itu menurut OJK terbilang wajar karena adanya ketidakpastian global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pertumbuhan kredit perbankan yang 'loyo' itu merupakan imbas dari perekonomian tanah air dan ekonomi global yang sedang bergejolak.
"Ya tidak apa-apa. Ini kan juga imbas ekonomi dunia, mau tidak mau akan berimbas kepada kita," ujar Wimboh saat ditemui dalam perayaan Natal di kediaman Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Rabu (25/12/2019).
Lebih lanjut, Wimboh memandang bahwa meskipun kredit perbankan seret, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksi mampu tumbuh di atas 5%. Lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara lain.
"Seluruh dunia [ekonominya melambat]. Kita masih mending pertumbuhan kita di atas 5 persen. Negara lain lebih parah," kata Wimboh melanjutkan.
Kendati demikian, kata Wimboh, pemerintah tidak boleh lengah dan harus mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang baru untuk diciptakan.
"Sehingga yang tadinya belum kesentuh, ya harus kira sentuh. Kita olah bersama-sama sinergi ya bisa memperluas kesempatan kerja dan memperbesar ekspor," tuturnya.
"Dan juga kita harus lebih efisien. Prosesnya cepat perizinan kita sinergi seluruh sektor dan untuk sektor keuangan harus lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan," kata dia melanjutkan.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019. Melambat dibandingkan pencapaian kuartal sebelumnya yaitu 5,05% dan menjadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
Adapun Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini hanya tumbuh 8%.
Pertumbuhan perbankan yang 'loyo' itu menurut OJK terbilang wajar karena adanya ketidakpastian global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pertumbuhan kredit perbankan yang 'loyo' itu merupakan imbas dari perekonomian tanah air dan ekonomi global yang sedang bergejolak.
"Ya tidak apa-apa. Ini kan juga imbas ekonomi dunia, mau tidak mau akan berimbas kepada kita," ujar Wimboh saat ditemui dalam perayaan Natal di kediaman Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Rabu (25/12/2019).
Lebih lanjut, Wimboh memandang bahwa meskipun kredit perbankan seret, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksi mampu tumbuh di atas 5%. Lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara lain.
"Seluruh dunia [ekonominya melambat]. Kita masih mending pertumbuhan kita di atas 5 persen. Negara lain lebih parah," kata Wimboh melanjutkan.
Kendati demikian, kata Wimboh, pemerintah tidak boleh lengah dan harus mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang baru untuk diciptakan.
"Sehingga yang tadinya belum kesentuh, ya harus kira sentuh. Kita olah bersama-sama sinergi ya bisa memperluas kesempatan kerja dan memperbesar ekspor," tuturnya.
"Dan juga kita harus lebih efisien. Prosesnya cepat perizinan kita sinergi seluruh sektor dan untuk sektor keuangan harus lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan," kata dia melanjutkan.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019. Melambat dibandingkan pencapaian kuartal sebelumnya yaitu 5,05% dan menjadi laju terlemah sejak kuartal II-2017.
(tas/tas) Next Article Optimistis! Bos OJK Prediksi Kredit Bank Tumbuh 12% di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular