Bisa &Tepatkah Holding Asuransi Jadi Juru Selamat Jiwasraya?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 December 2019 15:42
Pemerintah berencana menuntaskan masalah Jiwasraya dengan membentuk holding asuransi BUMN, bisakah?
Foto: Ingin Selamatkan Jiwasraya, Erick Kebut Holding BUMN Asuransi (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah mempersiapkan pembentukan holding asuransi BUMN yang direncanakan akan menjadi juru selamat bagi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Targetnya, holding ini akan selesai setidaknya pada pertengahan 2020 mendatang.

Belum jelas bagaimana konsep penyelamatan yang akan diusung oleh holding ini nantinya. Kementerian hanya menyebutkan, pembentukan holding ini menjadi salah satu jalan agar Jiwasraya bisa memperbaiki kinerja keuangannya dan membayarkan kerugian nasabah.

Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan dengan adanya holding dinilai akan memperkuat posisi perusahaan sehingga dengan mudah bisa memperoleh pendanaan dari pihak eksternal."Gini ketika digabung ada yang kuat kan, kan [Jiwasraya] di bawah. Bisa menyuntikkan [modal dari holding] atau ambil dari anak yang lain," kata Arya di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (23/12/2019).



Jasa keuangan dan asuransi merupakan salah satu dari sekian lini usaha Kementerian BUMN. Selain Jiwasraya, perusahaan asuransi pelat merah antara lain PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero), PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero), dan PT Jasa Raharja (Persero).

Pengamat Asuransi Hotbonar Sinaga mengatakan meski adanya holding, penyelamatan Jiwasraya pun diperkirakan akan memakan waktu yang cukup panjang, setidaknya selama tiga tahun. Apalagi saat ini belum jelas bagaimana konsep holding ini dan siapa yang akan menjadi induk usahanya nanti.

"Butuh waktu diatas 3 tahun. Konsepnya saja belum rampung," kata Hotbonar kepada CNBC Indonesia, Senin (23/12/2019) malam.

Seperti diketahui Jiwasraya saat ini dililit persoalan gagal bayar polis asuransi JS Saving Plan senilai Rp 12,4 triliun. Dugaan tindak pidana korupsi juga sudah disidik oleh Kejaksaan Agung.



Menurut Hotbonar, hal ini disebabkan karena kesalahan dalam mengelola investasi yang membuat Risk Base Capital (RBC) Jiwasraya minus 800%. Padahal sebelumnya, RBC Jiwasraya positif di atas 120%, sesuai ketentuan minimum OJK 120%.

RBC adalah rasio solvabilitas yang menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Jika RBC kian besar, semakin sehat pula kondisi finansialnya.

"Kan diindikasikan juga ada pemain lama pasar modal yang ikut dalam hal ini sehingga terjadi penurunan nilai investasi dan menyebabkan kerugian Jiwasraya pada 2018. Ini menyebabkan istilah asuransinya, likuiditas asuransi Jiwasraya jadi makin parah," kata Pengamat Asuransi Hotbonar Sinaga melalui sambungan telepon kepada CNBC Indonesia dalam acara Closing Bell, Rabu (18/12/2019).

[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article Tak Puas Dana Penggantian, Nasabah Jiwasraya Protes

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular