Ulasan 2019

Ekonomi Melambat, 'Iman' BI Goyang, Bunga Acuan Turun 4 Kali

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 December 2019 17:05
Ekonomi Melambat, 'Iman' BI Goyang, Bunga Acuan Turun 4 Kali
Ilustrasi Gedung BI (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu, Bank Indonesia (BI) sudah mengumumkan jadwal pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk 2020. Ya, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memang telah menuntaskan RDG 2019 pada 19 Desember.

Sepanjang 2019, kebijakan moneter BI boleh dibilang seperti bunglon. Mendua, berubah dalam tempo yang relatif cepat.


Pada awal 2019, BI masih terbawa suasana tahun lalu di mana kebijakan moneter cenderung ketat. Selama 2018, BI menaikkan suku bunga acuan sampai enam kali atas nama penyelamatan transaksi berjalan (current account) dan nilai tukar rupiah.

Hawa hawkish itu masih terasa sampai awal tahun ini. Maklum, BI memandang impor masih tumbuh tinggi untuk memenuhi permintaan domestik sehingga berisiko memperdalam defisit transaksi berjalan. BI 7 Day Reverse Repo Rate kala itu dipandang belum perlu diturunkan untuk 'mengerem' laju investasi yang kemudian meredam kebutuhan impor.

"Impor mulai menurun sejalan dengan kebijakan yang ditempuh, meskipun masih tumbuh tinggi untuk memenuhi permintaan domestik. Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 tetap baik yakni pada kisaran 5,0-5,4%, ditopang oleh terjaganya permintaan domestik dan membaiknya ekspor neto," demikian bunyi keterangan tertulis hasil RDG BI edisi Januari 2019.

Sebulan kemudian, BI masih pede untuk menahan suku bunga acuan di 6%. Kali ini, MH Thamrin meyakini bahwa momentum Pemilu 2019 akan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT). Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 belum berubah, masih di 5-5,4%.


Waktu terus berjalan, dan dinamika semakin kencang. Pada awal Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,07%, laju terlemah sejak kuartal I-2019.

Di sini terlihat 'iman' BI mulai goyah. Bukan tanpa alasan, karena perlambatan ekspor akibat friksi dagang (terutama Amerika Serikat/AS vs China) ternyata sudah berdampak terhadap konsumsi dan investasi. Plus belanja Pemilu ternyata tidak membuahkan hasil seperti perkiraan semula.

BI masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 di 5-5,4%, tetapi sudah bergeser ke bawah titik tengahnya. Suku bunga acuan pada Mei masih bertahan di 6%.

"Menurunnya pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas yang lebih rendah telah berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekspor Indonesia, yang kemudian berpengaruh pada konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan yang melambat. Pengaruh belanja terkait kegiatan Pemilu 2019 terhadap konsumsi lebih rendah dari prakiraan. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%," sebut keterangan tertulis RDG BI edisi Mei 2019.

Dalam RDG Juni 2019, BI memang masih menahan suku bunga acuan. Namun dalam pernyataan tertulis usai RDG, disebutkan bahwa impor mulai menurun akibat permintaan domestik yang semakin terbatas.

Sebulan berikutnya, BI sudah tidak bisa menahan diri. Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang diperkirakan tidak banyak berubah ketimbang kuartal sebelumnya plus tekanan impor yang mereda akibat terbatasnya permintaan membuat BI menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.

"Ekspor Indonesia diprakirakan tumbuh negatif dipengaruhi terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang. Selanjutnya, ekspor yang kontraksi mendorong penurunan impor dan investasi non-bangunan yang tumbuh terbatas. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia," sebut keterangan tertulis usai RDG BI edisi Juil 2019.


Pada Agustus, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional di angka 5,05%, terlemah sejak kuartal II-2017. Semakin tingginya kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi membuat BI lagi-lagi menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,5%.

"Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran, tetap menariknya imbal hasil investasi aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global," tulis keterangan resmi BI dalam laporan hasil RDG edisi Agustus 2019.

Sebulan kemudian, RDG BI kembali memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,25%. Alasannya masih sama yaitu proyeksi inflasi yang 'jinak', stabilitas eksternal yang terjaga seiring pelambatan impor akibat kelesuan permintaan domestik, serta kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lalu pada Oktober, BI menggenapkan penurunan suku bunga acuan menjadi empat kali (100 bps) ke 5%. Penurunan suku bunga empat kali dalam setahun menjadi yang paling agresif sejak 2016.




Pada dua bulan tersisa yaitu November dan Desember, BI menghentikan siklus penurunan suku bunga acuan. Bank sentral kini berfokus untuk memonitor dampak dari pelonggaran yang sudah ditempuh sepanjang 2019. B

ukan apa-apa, walau suku bunga sudah turun empat kali tetapi transmisinya ke suku bunga perbankan belum optimal. BI mencatat pada November rata-rata suku bunga deposito hanya turun 51 bps sejak Juni, titik start sebelum siklus penurunan suku bunga acuan dimulai. Penurunan suku bunga kredit (dalam hal ini Kredit Modal Kerja) lebih menyedihkan lagi, hanya 18 bps.

Selain itu, penurunan suku bunga acuan dan suku bunga kredit juga ternyata belum mampu mendongrak permintaan. Walau di sisi penawaran sudah jor-joran, tetapi kalau permintaan lesu ya sama saja bohong kan?


Pada Oktober, pertumbuhan kredit tercatat hanya 6,53% year-on-year (YoY), terendah sejak September 2016. BI memperkirakan pertumbuhan kredit sepanjang 2019 hanya 8%.

"Saat suku bunga turun, penyaluran kreditnya juga turun. Masalahnya demand yang tidak ada," ujar Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, kala berbincang dengan awak Detik Network di Gedung Transmedia, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Well, 2019 yang penuh dinamika itu sudah berlalu. Apakah 2020 situasinya juga tidak kalah menantang? Tidak ada yang tahu, waktu yang akan menjawab.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular