Pekan Lalu Terpuruk, Poundsterling Kini Merangkak Naik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 December 2019 10:43
Pada pekan lalu, mata uang negeri John Bull ini benar-benar terpuruk akibat risiko terjadinya hard Brexit.
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang libur Natal, nilai tukar poundsterling merangkak naik dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (23/12/2019). Pada pekan lalu, mata uang negeri John Bull ini benar-benar terpuruk akibat risiko terjadinya hard Brexit.

Pada pukul 9:35 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3011, menguat 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu, poundsterling anjlok 2,44%.



Jebloknya performa poundsterling dimulai sejak Selasa (17/12/2019) lalu setelah CNBC International mengutip media lokal mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan mengamandemen undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.


Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.



Ketika ditanya mengenai apakah pemerintah akan melegislasi pembatasan masa transisi tidak lebih dari tahun 2020, salah satu menteri senior Inggris, Michael Gove mengatakan "tepat sekali", sebagaimana diwartakan CNBC International.

Di tempat terpisah, dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit). Poundsterling pun jeblok.



Kecemasan pelaku pasar akan risiko hard Brexit semakin nyata setelah Jumat (20/12/2019) pekan lalu PM Johnson sudah mengajukan amandemen tersebut ke Parlemen Inggris. Hasilnya mayoritas anggota parlemen setuju, dan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut di awal tahun depan.

Dengan amendemen tersebut, Inggris kemungkinan besar akan bercerai dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Januari 2020, dan masa masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa berlangsung hingga akhir tahun depan. Amandemen Withdrawal Agreement Bill menghalangi terjadinya perpanjangan masa transisi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


(pap/tas) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular