
Santa Claus Segera Datang, Harga Emas Males Gerak nih!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 December 2019 10:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang libur Natal dan tahun baru 2020, harga emas di pasar spot cenderung tak banyak bergerak sembari menanti perkembangan teranyar hubungan Amerika Serikat (AS) dan China.
Senin (23/12/2019) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.479,11/troy ons. Harga emas naik tipis 0,08% dibanding harga penutupan perdagangan Jumat pekan kemarin.
Sabtu minggu kemarin Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington dan Beijing akan menandatangani kesepakatan dagang fase pertama dalam waktu dekat ini. Sebelumnya dikabarkan AS dan China dijadwalkan menandatangani perjanjian dagang fase satu di Washington awal Januari nanti.
"Kami telah mencapai sebuah terobosan dalam perjanjian dagang dan akan menandatanganinya dalam waktu dekat ini" kata Trump dalam acara Turning Point di Florida, mengutip Reuters.
Selain itu, pekan lalu juga ditandai dengan pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal tiga. Hasilnya tak berubah dari pembacaan kedua. Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,1% pada kuartal ketiga.
Sepanjang semester I 2019, ekonomi AS tumbuh 2,6%. Angka tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi AS di tiga bulan awal tahun 2019 yang mencapai 3,1%. Salah satu penyebabnya apalagi kalau bukan perang dagang dengan China yang berlangsung dalam 18 bulan terakhir.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi AS masih tetap ditopang oleh konsumsi masyarakatnya. Konsumsi masyarakat menyumbang lebih dari dua pertiga ekonomi AS. Pada kuartal ketiga konsumsi masyarakat AS tumbuh 3,2% lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya di angka 2,9%.
Melansir CNBC Internasional, ekonom meramal pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal empat berkisar di rentang 1,3% hingga 2,3%. Walaupun pertumbuhan ekonomi AS masih kuat, ekonom ragu Amerika akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai target pemerintahan Donald Trump di angka 3%.
Selain itu, ekonomi AS yang tumbuh moderat seolah semakin mengukuhkan bahwa tahun depan, bank sentral AS The Fed akan mempertahankan suku bunga di level sekarang dan tak akan melakukan pemangkasan suku bunga.
Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak diburu investor ketika kondisi ekonomi dan politik global sedang tidak kondusif. Akibat perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia AS dan China, perekonomian global tumbuh melambat tahun ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) meramal pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2019 berada di angka 3%. Angka tersebut merupakan angka revisi turun yang ketiga yang dipublikasikan IMF.
Gejolak yang terjadi membuat harga emas melambung tinggi mencatatkan reli lebih dari 15% dalam setahun. Harga emas mencapai level tertingginya pada 4 September lalu di level US$ 1.552/troy ons.
Namun karena hari Natal segera tiba dan Santa Claus akan segera datang dan dibarengi dengan libur tahun baru sesudahnya, harga emas jadi tak bergerak sembari menunggu kabar paling anyar terkait perkembangan hubungan dagang AS-China serta dampaknya terhadap perekonomian global ke depan.
(twg/tas) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Senin (23/12/2019) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.479,11/troy ons. Harga emas naik tipis 0,08% dibanding harga penutupan perdagangan Jumat pekan kemarin.
Sabtu minggu kemarin Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington dan Beijing akan menandatangani kesepakatan dagang fase pertama dalam waktu dekat ini. Sebelumnya dikabarkan AS dan China dijadwalkan menandatangani perjanjian dagang fase satu di Washington awal Januari nanti.
"Kami telah mencapai sebuah terobosan dalam perjanjian dagang dan akan menandatanganinya dalam waktu dekat ini" kata Trump dalam acara Turning Point di Florida, mengutip Reuters.
Selain itu, pekan lalu juga ditandai dengan pembacaan final angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal tiga. Hasilnya tak berubah dari pembacaan kedua. Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 2,1% pada kuartal ketiga.
Sepanjang semester I 2019, ekonomi AS tumbuh 2,6%. Angka tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi AS di tiga bulan awal tahun 2019 yang mencapai 3,1%. Salah satu penyebabnya apalagi kalau bukan perang dagang dengan China yang berlangsung dalam 18 bulan terakhir.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi AS masih tetap ditopang oleh konsumsi masyarakatnya. Konsumsi masyarakat menyumbang lebih dari dua pertiga ekonomi AS. Pada kuartal ketiga konsumsi masyarakat AS tumbuh 3,2% lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya di angka 2,9%.
Melansir CNBC Internasional, ekonom meramal pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal empat berkisar di rentang 1,3% hingga 2,3%. Walaupun pertumbuhan ekonomi AS masih kuat, ekonom ragu Amerika akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi mencapai target pemerintahan Donald Trump di angka 3%.
Selain itu, ekonomi AS yang tumbuh moderat seolah semakin mengukuhkan bahwa tahun depan, bank sentral AS The Fed akan mempertahankan suku bunga di level sekarang dan tak akan melakukan pemangkasan suku bunga.
Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak diburu investor ketika kondisi ekonomi dan politik global sedang tidak kondusif. Akibat perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia AS dan China, perekonomian global tumbuh melambat tahun ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) meramal pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2019 berada di angka 3%. Angka tersebut merupakan angka revisi turun yang ketiga yang dipublikasikan IMF.
Gejolak yang terjadi membuat harga emas melambung tinggi mencatatkan reli lebih dari 15% dalam setahun. Harga emas mencapai level tertingginya pada 4 September lalu di level US$ 1.552/troy ons.
Namun karena hari Natal segera tiba dan Santa Claus akan segera datang dan dibarengi dengan libur tahun baru sesudahnya, harga emas jadi tak bergerak sembari menunggu kabar paling anyar terkait perkembangan hubungan dagang AS-China serta dampaknya terhadap perekonomian global ke depan.
(twg/tas) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Most Popular